TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan tidak ada kenaikan harga BBM atau bahan bakar minyak dan listrik di tengah meroketnya harga minyak mentah dunia. Saat ini harga minyak mentah dunia mencapai US$ 60 per barel.
Menurut Sri Mulyani, alih-alih menaikkan harga, pemerintah justru akan menambah subsidi BBM dan listrik. "Jadi kemarin kami sudah menghitung dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara. Subsidi akan ditambahkan. Sehingga neraca PLN dan Pertamina akan tetap terjaga, dan masyarakat akan mendapatkan harga yang tidak berubah," kata Sri Mulyani saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Selasa, 6 Maret 2018.
Sri Mulyani mengatakan kenaikan subsidi minyak dan listrik dilakukan dengan menyesuaikan pergerakan harga minyak mentah dunia serta menghitung kebutuhan PT PLN dan Pertamina. "Terutama untuk Pertamina adalah subsidi solar. Di UU APBN telah ditetapkan subsidi sebesar Rp 500 per liter, tapi kalau dilihat dari situasi saat ini, tidak memadai," ujarnya.
Untuk itu, Sri Mulyani melanjutkan, setelah menghitung kebutuhan tambahan subsidi PT PLN dan Pertamina bersama Menteri Energi dan Menteri BUMN, diputuskan untuk menambah subsidi BBM dan listrik.
Namun Sri Mulyani tidak menyebutkan berapa angka penambahan subsidi tersebut. "Saat ini kami sedang menghitung, kira-kira usulan sudah kita terima dan akan kita akan laporkan ke dewan," katanya.
Dengan kenaikan subsidi tersebut, hingga Maret tahun depan, harga BBM akan tetap. Harga premium tetap dibanderol Rp 6.450 per liter dan solar Rp 5.150 per liter. Sedangkan tarif dasar listrik subsidi, yaitu golongan R-1/450 VA dan R-1/900 VA, masing-masing Rp 415 per kWh dan Rp 586 per kWh. Sedangkan untuk TDL nonsubsidi, yaitu golongan R-1/900 VA-RTM dan golongan R-1/1.300 VA sampai R-1/6.600 VA ke atas, masing-masing Rp 1.352 per kWh serta Rp 1.467,28 per kWh.