TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini memaparkan, ekspor sarang burung walet ke Tiongkok naik 175 persen pada 2017 ketimbang 2016. Berdasatkan data yang diperoleh dari kedutaan Beijing, nilai penjualannya mencapai US$ 87,4 juta atau Rp 1,18 triliun.
Melihat peningkatan itu, pemerintah akan menggenjot lagi ekspor sarang burung walet ke Tiongkok. "Paling tidak harus lebih dari 1.100 ton," kata Banun usai memberikan sambutan dalam musyawarah nasional Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) di Hotel Novotel Mangga Dua Square, Jakarta, Jumat, 2 Maret 2018.
Simak: Penjualan Sarang Burung Walet Meningkat 231 Ton di 2017
Menurutnya, Tiongkok adalah negara berpotensi besar untuk mengekspor sarang burung walet. Sebab, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sedang melesat. Adapun permintaan sarang burung walet juga tinggi.
Banun mengklaim, Indonesia menguasai 70 persen segmentasi pasar sarang burung walet di Tiongkok. Tren ekspor pun meningkat.
Ekspor sarang burung walet sebanyak 14.274 kg atau 14 ton pada 2015. Ada peningkatan penjualan di 2016, yakni 22.538 kg atau 22 ton. Kuantitas ekspor semakin bertambah menjadi 52.230 atau 52 ton pada 2017.
Untuk menambah pemasukan devisa dan memaksimalkan keuntungan peternak, Indonesia berupaya nengekspor langsung sarang burung walet ke Tiongkok tanpa melalui negara ketiga. Ketua Umum PPSBI Boedi Mranata memperkirakan, 80 persen sarang burung walet yang diekspor Indonesia ke Thailand, Vietnam, dan Hongkong masuk ke Tiongkok.
"Menurut saya bisa saja 80 persen masuk Cina, tapi kita tidak menguasai data itu," ujar Boedi.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Administrasi Umum Pengawasan Mutu, Inspeksi dan Karantina Republik Rakyat Cina telah menandatangani Protokol Persyaratan Higenitas, Karantina, dan Pemeriksaan untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet dari Indonesia ke Tiongkok antara pada 24 April 2012.
Dengan begitu, Indonesia dapat mengekspor langsung sarang burung walet ke Tiongkok. Implementasi penjualan pun baru dimulai sejak 2015.