TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut melemahnya nilai tukar (kurs) rupiah saat ini, tidak berada di level mengkhawatirkan seiring dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Enggak (mengkhawatirkan). Kurs itu mengkhawatirkan kalau rupiah melemah dan IHSG melemah. Tapi ini kan tidak," kata Darmin Nasution saat ditemui Tempo di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada Jumat, 2 Maret 2018.
Simak: Darmin Sebut Ini Momen Tepat untuk Bahas Redenominasi Rupiah
Seperti diketahui, kemarin pagi, nilai tukar rupiah sempat menyentuh level 13.800, tepatnya di posisi Rp 13.817 per dolar AS, nilai tukar rupiah baru berhasil rebound pada akhir perdagangan dengan ditutup menguat tipis 0,02 persen atau 3 poin di Rp 13.748 per dolar AS.
Siang ini, Jumat, 2 Maret 2018, pukul 11.21 WIB, nilai tukar rupiah kembali melemah 9 poin atau 0,07 persen ke level Rp 13.757 per dolar AS.
Darmin tak memungkiri jika pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang disinyalir bernada Hawkish atau memberikan indikasi kenaikan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) lebih banyak, menjadi penyebab melemahnya rupiah di tengah fundamental ekonomi Indonesia yang stabil saat ini.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi juga mengatakan hal senada. Dia menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut terjadi karena dua faktor yakni data perbaikan ekonomi AS dan dan juga pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang bernada Hawkish itu.
Namun di lain sisi, kata Doddy, kondisi ekonomi domestik Indonesia seharusnya bisa menahan kurs rupiah di level yang lebih baik. Terlebih, angka inflasi juga masih terkendali.
Selain itu, menurut Doddy, faktor-faktor ekonomi demostik lainnya seperti juga membaik dengan neraca pembayaran surplus, devisa membaik serta rating pertumbuhan ekonomi juga lebih baik. "Tidak ada alasan rupiah melemah jika melihat faktor domestik. Semua karena faktor global," kata di Bank Indonesia, Kamis, 1 Maret 2018.
Untuk mengantisipasi rupiah semakin melemah, Bank Indonesia menyatakan siap melakukan stabilisasi dan intervensi. "Saat rupiah menyentuh Rp 13.800 per dolar AS kami langsung siap, kami lihat semua data dan sejak pagi terlihat bakal ada tekanan, makanya kami siap langsung stabilisasi," ucap Doddy.