TEMPO.CO, JAKARTA-PT Gihon Telekomunikasi Indonesia menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Jumlah saham yang ditawarkan maksimal sebanyak 200 juta saham atau sebesar 33,49 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Seluruh saham yang ditawarkan melalui IPO ini merupakan saham baru. Rentang harga penawaran mulai dari Rp1.100 - Rp1.300 per saham.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum saham perdana ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk pelunasan pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), modal kerja operasional, serta belanja modal yang berkaitan dengan pembangunan sites telekomunikasi baru guna perluasan dan penambahan portofolio menara.
Direktur Utama Gihon Telekomunikasi Indonesia Rudolf P Nainggolan mengatakan, potensi pertumbuhan perusahaan penyewaan menara telekomunikasi independen dapat meningkat secara signifikan. Sebab, para operator utama seperti Telkomsel, XL Axiata dan Indosat Ooredoo tidak berfokus membangun menara tambahan. Sehingga, operator utama tersebut mengalihkan pembangunan menara ke perusahaan menara independen untuk mengurangi biaya belanja modal mereka.
“Saya yakin bahwa hampir seluruh pertumbuhan menara baru akan diarahkan kepada perusahaan menara independen,” ujar Rudolf saat konferensi pers di Gedung UOB, Jakarta Pusat pada Jumat, 2 Maret 2018.
Menurut Rudolf, kolokasi pada menara yang dimiliki oleh perusahaan menara independen lebih tinggi dibandingkan kolokasi pada menara yang dimiliki perusahaan telekomunikasi. "Terutama karena status independen dari perusahaan menara independen," ucap Rudolf menambahkan.
Pada aksi korporasi ini, Gihon Telekomunikasi Indonesia menunjuk PT Indo Premier Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PT Indo Premier Sekuritas merencanakan periode pemesanan atau book-building mulai 28 Februari hingga 12 Maret 2018. Sementara pencatatan saham di Bursa Efek lndonesia direncanakan pada 9 April 2018.
Tahun ini, Rudolf menargetkan penambahan sebanyak 67 menara telekomunikasi oleh Gihon Telekomunikasi Indonesia. Sehingga, total menara milik perusahaan nantinya berjumlah 493 menara.