TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan Satuan Tugas (Satgas) Pangan tidak berfungsi efektif setelah melihat kondisi harga beras di pasaran masih di atas harga eceran tertinggi (HET).
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Tulus Abadi mengatakan, meski harga beras mulai menurun, hal itu bukan karena kerja Satgas Pangan, melainkan berkat masa panen telah dimulai.
“Satgas Pangan tidak berfungsi efektif, terbukti harga beras masih tinggi. Kalau pun harga beras turun, bukan atas kerja Satgas Pangan, tapi karena memasuki masa panen,” katanya pada Kamis, 1 Maret 2018.
Baca juga: Menteri Perdagangan Pantau Langsung Stok Beras di Bulog
Berdasarkan catatan Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras medium varietas IR 64 II mencapai Rp 10.625 per kilogram pada 1 Maret 2018. Kendati mulai berangsur turun, harga ini belum menyentuh batas HET, yakni Rp 9.450 per kg, untuk wilayah Pulau Jawa, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Pihaknya meminta Kementerian Perdagangan dan Badan Usaha Logistik (Bulog) mengantisipasi beras impor yang bocor dan mengakibatkan harga beras jatuh pada musim panen. Kementerian Perdagangan dan Bulog diharapkan mampu mengatasi berbagai distorsi dalam harga beras, seperti kemungkinan adanya spekulan dalam perdagangan beras.
“Beras adalah bahan makanan utama rakyat Indonesia. Pemerintah harus mampu menjaga keamanan pasokan beras sehingga harganya terjangkau bagi konsumen,” ucap Tulus.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Andrianto Wahyu Adi mengatakan, hingga kini, stok beras ditambah 157 ribu beras impor yang telah masuk gudang berjumlah sekitar 778 ribu ton. Selain itu, masih ada 100 ribu ton lebih beras impor yang sedang dalam proses bongkar.