TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini menyatakan ada peningkatan signifikan nilai ekspor sarang burung walet dalam tiga tahun terakhir.
Menurut Banun, Indonesia mengekspor sarang burung walet sebanyak 700.656 kilogram (kg) atau 700 ton pada 2015. Penjualan itu meningkat menjadi 769.437 kg atau 769 ton pada 2016, dan 1.053.453 kg atau 1.000 ton pada 2017. Ekspor itu melibatkan delapan perusahaan Indonesia yang sudah terdafrar.
"Ekspor sarang burung walet kita luar biasa. Trennya meningkat. Ini sedang happening dan mudah-mudahan terus booming," kata Banun saat memberikan sambutan dalam musyawarah nasional Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) di Hotel Novotel Mangga Dua Square, Jakarta, Jumat, 2 Maret 2018.
Simak: Bisnis Sarang Walet salah satu investasi terbaik 2017
Menurut Banun, potensi besar penjualan sarang burung walet ada di Tiongkok. Banun mengklaim, Indonesia telah menguasai 70 persen segmentasi pasar sarang burung walet di Tiongkok. Tren ekspor pun meningkat.
Indonesia telah mengekspor sarang burung walet sebanyak 14.274 kg atau 14 ton pada 2015. Ada peningkatan penjualan di 2016, yakni 22.538 kg atau 22 ton. Kuantitas ekspor semakin bertambah menjadi 52.230 atau 52 ton pada 2017.
Banun memaparkan, penjualan ke Tiongkok memang lebih kecil ketimbang ekspor ke Vietnam, Hongkong, dan Malaysia yang bisa mencapai sekitar 100-300 ton per tahun. Akan tetapi, potensi ekspor ke Tiongkok tetap dinilai besar.
"Artinya potensi kita sangat besar dan apabila kita memang ingin memperluas segmen ekspor ke Tiongkok, masih perlu ada beberapa langkah. Meskipun sekarang sudah 70 persen segmentasi pasar sarang burung walet kita di Tiongkok," jelasnya.
Saat ini, pemerintah fokus menambah pendapatan devisa. Salah satunya ekspor sarang burung walet. Adapun menurut Ketua Umum PPSBI Boedi Mranata, delapan perusahaan tambahan masuk dalam daftar pengekspor sarang burung walet. Dengan begitu, ada total 16 perusahaan pengekspor sarang burung walet.