TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi angkat bicara ihwal melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga menembus level 13.800 per dolar AS, hari ini. Doddy menjelaskan, Bank Indonesia siap melakukan stabilisasi dan intervensi untuk mengantisipasi agar rupiah tidak terus melemah.
"Kami siap stabilisasi dan intervensi. Karena tekanan masih terjadi sampai saat ini," kata Doddy saat menggelar jumpa pers dengan media di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 1 Maret 2018.
Baca: Pernyataan Hawkish Powell Dongkrak Dolar, Rupiah Turun Lagi
Menurut Doddy, nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS hingga Rp 13.800 per dolar Amerika, pagi tadi, dinilai berlebihan. Maka dari itu, Doddy melanjutkan, Bank Indonesia harus masuk ke pasar untuk melakukan intervensi.
"Kalau melihat faktor domestik saat ini, justru arahnya positif dan harusnya rupiah bisa lebih kuat. Tingkat inflasi juga terkendali di angka 3,18 persen (year on year/yoy)," kata Doddy.
Doddy tak memungkiri jika puncak dari menguatnya dolar AS adalah ketika The Fed melangsungkan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir. Pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) Jerome H. Powell disinyalir memiliki pesan yang bernada hawkish, atau memberikan indikasi kenaikan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) lebih banyak.
"Setelah itu pasar global bergerak sangat cepat," kata Doddy. Hal ini pula yang membuat kurs rupiah belakangan terus melemah.