TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengatakan melambungnya harga batu bara membuat laba perseroan tahun lalu tergerus menjadi Rp4 triliun.
Dia mengatakan kondisi tingginya harga batabara di tengah tidak adanya penyesuaian tarif listrik hingga akhir tahun lalu membuat PLN kehilangan potensi keuntungan hingga mencapai Rp20 triliun.
Baca Juga:
"Karena harga batubara, labanya tinggal Rp3-Rp4 triliun. Kan kasihan PLN," ujar Sofyan di Jakarta, Rabu 28 Februari 2018.
Simak: Karena Batubara, Biaya PLN Membengkak Rp 15 Triliun
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat segera menetapkan pengaturan harga batubara domestic market obligation (DMO) untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU dengan harga skema harga tetap yang terjangkau bagi PLN, yakni berkisar US$60-US $70.
Bila harga tersebut ditetapkan, dia memperkirakan laba PLN dapat kembali meningkat mencapai Rp10-Rp15 triliun tahun ini. Laba tersebut, kata dia, akan dipergunakan untuk membangun infrastruktur kelistrikan di Indonesia, yakni antara lain untuk melistriki daerah-daerah terpencil, membangun jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan pembangkit.
Adapun tahun ini untuk membangun infrastruktur kelistrikan PLN mengalokasikan investasi senilai Rp100 triliun.
"Total Rp16 triliun di tahun ini untuk melistriki daerah terpencil. Belum untuk equity, belum transmisi, belum untuk pembangkit peaker dan diesel,"kata Sofyan.
Dia berujar tertekannya laba perseroan membuat PLN cukup kesulitan melakukan investasi untuk membangun infrastruktur kelistrikan di Indonesia.
BISNIS.COM