TEMPO.CO, Jakarta - Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde menganggap kerja sama antara negara ASEAN dalam bidang ekonomi selama ini patut diapresiasi. Menurut Lagarde, semangat kerja sama tersebut harus disebarkan ke negara lain ditengah maraknya kebijakan proteksionisme akhir-akhir ini.
"Kita memiliki kesempatan pada model pertumbuhan yang baru, yaitu The ASEAN Way," kata dia dalam Konferensi High Level Meeting di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa, 27 Februari 2018. Konferensi ini dihadiri juga oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Simak: IMF Memuji Ekonomi RI yang Tahan Banting
Ia mencontohkan sejumlah kerja sama ekonomi antar negara ASEAN seperti kesepakatan target inflasi antara Indonesia Filipina, aturan fiskal antara Indonesia Malaysia Vietnam, hingga soal nilai tukar masing-masing mata uang. "Ini berita baik dari negara-negara ASEAN," kata Lagarde.
Ancaman proteksionisme ekonomi sendiri telah menjadi kekhawatiran sejumlah negara. Sebab, salah satu negara yang mendorongnya adalah Amerika Serikat yang sebelumnya dikenal sangat pro pasar. Di bawah Presiden Donald Trump, kebijakan ekonomi Amerika cenderung inward looking dan berorientasi ke dalam negeri.
Negara Asia menyampaikan sikap berseberangan. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-12 Asia Timur, Selasa, 14 November 2017, di Manila, Filipina, Presiden Indonesia Joko Widodo mengajak negara-negara kawasan Asia Timur untuk menjaga keterbukaan ekonomi dan inklusifitas. Dia mengatakan proteksionisme ekonomi sebagai salah satu hal yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia.
"Penerapan semangat (keterbukaan) ini akan mempersempit jurang pembangunan antar-negara," kata Jokowi.
Lalu Perdana Menteri India, Narendra Modi. Ia ikut membela globalisasi dan menyerang proteksionisme pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. "Bukannya globalisasi, kekuatan proteksionisme malah muncul," kata Modi, yang berbicara dalam Bahasa Hindi, seperti dilansir Reuters, Selasa, 23 Januari 2018.
Proteksionisme, lanjut Lagarde, juga tidak sesuai dengan apa yang diyakini oleh IMF yang beranggotakan 166 negara. IMF, kata dia, percaya bahwa negara-negara di dunia bisa bekerja sama menghasilkan solusi atas persoalan secara kolektif. "Sementara di sini, di regional ASEAN, anda semua tahu bagaimana cara bekerja sama," kata dia.
Lagarde meyakini, gelaran IMF Annual Meeting pada Oktober 2018 mendatang, akan menjadi kesempatan bagus untuk memahami kerja sama ASEAN Way. Di depan peserta konferensi kali ini, Ia lantas memberi penegasan dengan lantang, "we need to cooperate, not isolate (kita butuh bekerja sama, bukan mengisolasi)."
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan bagaimana ekonomi negara-negara ASEAN saat ini secara kolektif menjadi terbesar keenam di dunia dan ketiga di Asia. Sumbangan pada perdagangan dunia juga terbesar keempat setelah China, Jerman, dan Amerika Serikat. "Adanya payung bersama yaitu ASEAN Economic Community membuat hal tersebut bisa dicapai," ujarnya.