TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini siklus krisis ekonomi 10 tahunan tak relevan untuk Indonesia saat ini. Agus beralasan, pemerintah dan otoritas terkait ekonomi memiliki komitmen kuat menjaga stabilitas makro ekonomi.
"Lihat fundamental ekonomi, mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, fiskal, cadangan devisa, transaksi berjalan, semua dalam kondisi baik," ujar Agus di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu, 21 Februari 2018 kemarin.
Simak: Gaji Pegawai Indomaret Kalahkan Bank, Ini Kata Gubernur BI
Agus menyampaikan, Indonesia telah memiliki Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sitem Keuangan (UU PPKSK). Dia berujar aturan ini menunjukkan kesiapan Indonesia menghadapi risiko sistemik dalam ekonomi.
Selain itu, ujar Agus, pemerintah juga cukup berhati-hati ihwal utang luar negeri. Dia mengatakan hal tersebut membuat sistem ketahanan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.
"Dan yang utama industri perbankan kita juga dalam keadaan sehat," kata Agus.
Agus mengakui, ekonomi Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh kondisi global. Krisis ekonomi global pada 2008 yang diawali dengan Supreme Mortgage di Amerika Serikat, kata Agus, jelas berimbas pada ekonomi dalam negeri.
Namun, Agus melanjutkan, kondisi ekonomi dunia mulai membaik sejak 2015 hingga sekarang. Pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh di kisaran 3,6-3,7 persen seusai krisis, bahkan diperkirakan akan terus terkoreksi hingga 3,8 persen.
"Tahun 2017 yang lalu terkoreksi naik dan diperkirakan di 2018 pertumbuhan ekonomi dunia juga baik," ujarnya.
Selain itu, Agus mengaku optimistis ekonomi Indonesia akan terjaga seiring dengan membaiknya harga komoditas ekspor di kisaran 22 persen. Bank Indonesia memprediksi volume perdagangan dunia bakal naik dari 4 persen menjadi 4,5 persen.