TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjamin kementeriannya tetap mengupayakan agar tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung hanya sebesar Rp 200 ribu. Budi memastikan penetapan harga tiket saat ini belum final.
"Masih dalam percakapan, targetnya awalnya tetap segitu (Rp 200 ribu)," katanya katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Februari 2018. Budi hari ini hadir di Kemenko Perekonomian mengikuti rapat koordinasi terkait transportasi laut bersama Menko Perekonomian, Darmin Nasution dan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita.
Baca:Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rp 500 Ribu?
Salah sumber Tempo yang ikut dalam pembahasan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mengungkapkan, lonjakan tarif tersebut disebabkan besarnya biaya proyek. "Kemungkinan menjadi sekitar Rp 500 ribu per penumpang," ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Staf Khusus bidang Media Kementerian Koordinator Kemaritiman, Atmadji Sumarkidjo, tak menutup kemungkinan bahwa tarif penumpang kereta cepat meningkat bisa melonjak hingga Rp 500 ribu. "Bisa-bisa saja itu," ucap Atmadji pada Tempo, Senin 19 Februari 2018. Sedangkan Budi mengklaim perkiraan tarif sebesar Rp 500 ribu ini baru sebatas kajian.
Persoalan bukan hanya pada harga, namun juga pada nilai investasi. Pelaksana tugas Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia - Cina (KCIC), Dwi Windarto, mengatakan nilai investasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak sebesar US$ 83 juta atau sekitar Rp 1,13 triliun (kurs 13.614 per dolar AS) karena tambahan biaya. "Kenaikan nilai proyek telah disepakati," kata dia, Selasa, 20 Februari 2018.
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan lonjakan harga tiket ini sudah diprediksi sebelumnya. MTI pernah melakukan kajian biaya saat proyek dibiayai oleh Jepang, kecuali untuk pengadaan rolling stock oleh negara. Hasilnya, tiket diperkirakan hanya sebesar Rp 160 ribu. Namun dengan skema pembiayaan saat ini yang seluruhnya ditanggung konsorsium Indonesia dan China, maka harga bisa menjadi dua kali lipat di kisaran Rp 320 hingga Rp 350 ribu.
Danang menilai harga tiket Rp 500 ribu akan membuat operator kereta sulit untuk menarik penumpang. Harga tiket kereta cepat yang memberatkan penumpang juga dianggap bertolak belakang dengan semangat pengadaan sarana transportasi itu sendiri. "Perlu diingat bahwa harga Rp 200 ribu itu bukan hitungan untuk pengembalian modal, namun kisaran harga yang disetujui oleh masyarakat pengguna," ujarnya.