TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi Moerwanto menuturkan ada beberapa kemungkinan penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi di proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu atau Becakayu di Jakarta Timur pada Selasa dini hari.
"Saya katakan ada beberapa. Pertama, karena pekerjaan tersebut fragile dan complicated, memerlukan konsentrasi tinggi. Contohnya girder langsing dengan panjang lebih dr 50m dan itu kemarin dihentikan sementara," kata Arie di Kantor PUPR, Jakarta Selatan, Selasa, 20 Februari 2018.
Simak: Moratorium PUPR, Ini Janji Menteri Basuki kepada Anies
Kedua, menurut Arie, ada keteledoran human error. Ia mencontohkan misalnya saat operator eksavator menyenggol bangunan. Terakhir, metode kerja yang tidak dipatuhi dengan sesuai. "Namun, kemungkinan tersebut masih harus dievaluasi kembali," kata dia.
Ia berharap penghentian sementara seluruh proyek infrastruktur tidak akan menganggu target penyelesaian program pemerintah itu. Masa penghentian tersebut akan digunakan untuk menyempurnakan hal-hal yang masih dianggap kurang.
"Perlu adanya quality control yang tinggi dan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam bidang tersebut," ujar Arie.
Selama dua tahun, sebanyak 14 kecelakaan pembangunan infrastruktur terjadi. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun mengambil tindakan dengan menghentikan sementara pembangunan yang membutuhkan pekerjaan berat di atas (elevated). Ia juga bertanya-tanya ada apa sering terjadi kecelakaan kerja.
Proyek yang dihentikan tidak hanya yang di Jakarta. Tetapi di seluruh Indonesia. Tidak hanya proyek nasional tetapi semua konstruksi yang membutuhkan pembangunan di atas. Seperti pembuangan tol, jembatan, dan LRT di Jawa maupun di Sumatera.