TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Selasa, 20 Februari 2018, setelah turun 0,41 persen atau 55 poin ke Rp 13.615 per dolar AS.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.559–Rp 13.624 per dolar AS.
Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah, dipimpin oleh rupee India yang merosot 0,95 persen, disusul yen Jepang dengan pelemahan 0,54 persen. Adapun peso Filipina menguat 0,34 persen.
Baca juga: Dolar Rebound, Langkah Penguatan Rupiah Terhenti
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,56 persen atau 0,502 poin ke level 89,602 pada pukul 16.50 WIB.
Dilansir Reuters, dolar AS menguat dari posisi terendah tiga tahun terakhir hari ini setelah pulih 1,5 persen sejak Jumat, 17 Februari 2018, mengakhiri aksi jual yang brutal dalam beberapa pekan terakhir.
Greenback telah memisahkan diri dari imbal hasil obligasi AS sejak awal tahun, meluncur ke level terendah sejak akhir 2014 terhadap sekeranjang mata uang utama meskipun imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mendekati 3 persen untuk pertama kalinya dalam empat tahun.
Terputusnya korelasi itu membuat banyak investor bingung. Para ekonom telah menjelaskannya dengan mengatakan bahwa alasan kenaikan imbal hasil tidak didorong oleh ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih kuat, namun karena kekhawatiran tentang inflasi yang terus berlanjut yang telah menyebabkan aksi jual, baik dalam dolar maupun obligasi pemerintah.
"Dolar pada akhirnya mendapat dukungan dari imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi," kata ahli strategi Global Marshall, Gittler, seperti dikutip Reuters, yang juga menambahkan bahwa dia melihat penguatan lebih lanjut dolar AS terhadap yen.
Rupiah tadi pagi dibuka stagnan pada level Rp 13.560 per dolar AS. Pada perdagangan Senin, 19 Februari 2018, rupiah ditutup melemah 0,27 persen di posisi Rp 13.560 per dolar AS.