TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, 19 Februari 2018, bergerak melemah sebesar 10 poin menjadi 13.525 dibanding sebelumnya di posisi 13.515 per dolar Amerika Serikat.
"Pergerakan nilai tukar rupiah mendatar dengan kecenderungan melemah. Sebagian pelaku pasar uang masih bertahan dalam aset berdenominasi rupiah menyusul ekonomi AS yang relatif kurang kondusif," kata analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin, 19 Februari 2018.
Baca: Rupiah Catatkan Pelemahan 9 Hari Berturut-Turut
Menurut Reza, salah satu faktor yang membuat apresiasi dolar AS terbatas adalah munculnya kekhawatiran pasar terkait dengan neraca berjalan dan defisit anggaran Amerika, sehingga membuat sebagian pelaku pasar tetap waspada dalam memegang aset dolar AS.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, menuturkan pergerakan dolar AS relatif tertahan seiring melemahnya data penjualan retail Amerika pada Januari tahun ini. Selain itu, ucap Ahmad Mikail, defisit anggaran Amerika yang meningkat juga disertai turunnya pembelian obligasi AS oleh Cina dan Jepang.
Dari dalam negeri, Mikail mengatakan nilai tukar rupiah dapat bergerak stabil seiring dengan kenaikan impor nasional. Hal ini pertanda industri mulai bangkit, sehingga memberi kepercayaan investor akan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, impor pada Januari 2018 meningkat 26,44 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan dibanding Desember 2017, nilai impor Januari tahun ini naik 0,26 persen. Kenaikan impor ini yang diperkirakan turut mempengaruhi pergerakan kurs rupiah.
ANTARA