TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai berbiaya murah, Citilink Indonesia, terus memperluas penggunaan teknologi digital. Vice President Information Technology Citilink Indonesia Achmad Royhan mengatakan hal tersebut dilakukan demi peningkatan profit, efisiensi biaya, dan mendorong loyalitas konsumen. Achmad berujar pemanfaatan teknologi digital mutlak dilakukan agar kegiatan operasional harian penerbangan yang kompleks dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien.
"Dalam era digital bisnis, maskapai harus menjaga struktur biayanya tetap efisien dengan pelayanan yang maksimal," ujarnya melalui keterangan tertulis pada Sabtu, 18 Februari 2018.
Baca: Jelang Libur Imlek 2018, Citilink Buka Rute Jakarta-Banyuwangi
Achmad memaparkan, pemanfaatan teknologi digital terutama dilakukan dengan memaksimalkan pengelolaan data. Dia berujar hal tersebut dapat meningkatkan aspek kualitas layanan, proses bisnis dan margin, serta mendorong tingkat kepuasan pelanggan.
Achmad mengatakan Citilink pun sejak awal memposisikan diri sebagai information technology based company, yang menggunakan sistem dan aplikasi dalam penyimpanan data. Menurut dia, ekspansi bisnis maskapai berjalan cepat sejak transformasi digital empat tahun lalu hingga mendapat penghargaan dari Skytrax.
"Citilink meraih predikat maskapai berbiaya rendah bintang empat pada awal Februari. Salah satu yang diaudit secara ketat adalah manfaat teknologi informasinya," ujarnya.
Dia melanjutkan, ada dua sektor krusial dalam pemanfaatan data, yakni operasional dan penjualan. Dalam bidang operasional, data digunakan untuk meningkatkan ketepatan waktu penerbangan (on time performance) serta efisiensi pengaturan kru dan rotasi pesawat. Adapun dari sisi penjualan, data mengenai tingkat keterisian pesawat dan average seat per kilometer digunakan untuk memberikan tarif paling optimal dari setiap rute.
"Demikian juga dengan data pembelian di online travel agent bisa digunakan untuk menyusun strategi penjualan dan marketing," kata Achmad.
Achmad menuturkan upaya percepatan dan perluasan digitalisasi di bidang operasional dan bisnis ini terus dilakukan maskapai. Musababnya, peluang ekonomi global sektor transportasi makin kompleks serta membutuhkan kecepatan dan keandalan data. Achmad berujar International Air Transport Association menyebutkan Indonesia akan menjadi pasar keenam terbesar di dunia dalam sektor transportasi udara pada 2034 dengan perkiraan jumlah penumpang mencapai 270 juta orang per tahun.
Achmad menambahkan, hasil studi bisnis Microsoft juga memperkirakan lonjakan cukup besar dalam transformasi digital di seluruh perekonomian Asia Pasifik dan pengaruhnya bagi industri penerbangan. Studi yang melibatkan 15 negara Asia Pasifik itu memperlihatkan transformasi digital telah mengubah pola bisnis tradisional dengan cepat.
Hasil studi Microsoft menyebutkan transformasi digital di Indonesia akan menyumbang US$ 22 miliar pada produk domestik bruto (PDB) hingga tahun 2021 dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi 0,4 persen per tahun.
"Citilink dijadikan contoh oleh Microsoft Asia Pasifik sebagai perusahaan yang berhasil melakukan transformasi digital dan mampu membuat pertumbuhan positif secara signifikan," ucap Achmad.
President Director Microsoft Indonesia Hars Izmee mengatakan Indonesia sudah berada dalam jalur cepat transformasi digital yang benar. Dia berujar hal itu akan mempercepat pertumbuhan perusahaan lebih jauh.
"Dalam empat tahun ke depan diprediksi sekitar 40 persen PDB Indonesia berasal dari produk dan layanan digital," ujarnya.
Baca berita lain tentang Citilink di Tempo.co.