TEMPO.CO, Jakarta - Selama Indonesia Property Expo 2018, yang digelar sepanjang pekan lalu, diketahui bahwa para konsumen masih antusias mencari rumah di kawasan penyangga Jakarta dengan rentang harga di bawah Rp 1 miliar. Hal tersebut terlihat dari mayoritas transaksi yang dibukukan selama pameran.
Direktur BTN Budi Satria mengatakan konsumen masih mencari rumah subsidi atau nonsubsidi di bawah harga Rp 1 miliar, terutama dengan akses dan harga yang terjangkau. Hal itu cukup mengerek transaksi yang dibukukan karena melampaui perkiraan dari semula Rp 5 triliun menjadi Rp 9 triliun.
Baca: Ada Promo Rumah Rp 100 Juta tanpa DP bagi Pengemudi Ojek Online
“Sebagian besar masih Jabodetabek, masih di Bekasi, Depok, dan Tangerang,” kata Budi, Selasa, 13 Februari 2018.
Hasil pameran ini sesuai dengan perkiraan senior konsultan properti, Tanto Kurniawan. Menurut dia, properti yang akan tumbuh pada tahun ini adalah yang menyasar kelas menengah bawah dengan rentang harga Rp 150 juta-250 juta, serta rumah menengah dengan rentang harga Rp 900 juta-Rp 1,5 miliar.
Sementara itu, untuk apartemen, yang bakal tumbuh adalah dengan rentang harga Rp 120 juta- 200 juta. Penjualan apartemen menengah dengan rentang Rp 400 juta-Rp 600 juta, menurut Tanto, juga akan tetap membaik.
Adapun untuk apartemen kelas menengah atas dengan rentang harga Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar, Tanto memprediksi penjualannya tidak akan terlalu baik. Demikian juga untuk ruang perkantoran, yang masih memburuk pada 2018.
IPEX 2018 digelar dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke-68 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pameran properti BTN ini digelar pada 3-11 Februari 2018, di Hall A dan B, Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan. Sebanyak 868 proyek perumahan ditampilkan dalam pameran kali ini.
Acara ini juga digelar untuk menyukseskan Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 29 April 2015. Pada perhelatan acara serupa tahun lalu, BTN mampu membukukan perolehan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 5,3 triliun. Realisasi yang dibukukan BTN tersebut bahkan melebihi target yang dipasang saat itu sebesar Rp 5 triliun.