TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa, 13 Februari 2018. Dengan begitu, rupiah telah mengalami pelemahan selama sembilan hari berturut-turut.
Rupiah ditutup melemah 0,09 persen atau 12 poin di Rp 13.651 per dolar AS, meski sempat menguat ke posisi 13.621 setelah dibuka dengan apresiasi 8 poin atau 0,06 persen di posisi 13.631.
Rupiah telah mencatatkan pelemahan selama sembilan hari berturut-turut sejak berakhir terdepresiasi 38 poin atau 0,28 persen di posisi 13.424 pada perdagangan Kamis, 1 Februari 2018. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.621–Rp 13.658 per dolar AS.
Menjelang pertemuan kebijakannya pekan ini, Bank Indonesia (BI) diperkirakan tidak mengubah suku bunga acuannya, seiring dengan upaya melakukan penyeimbangan antara mendukung pertumbuhan serta memastikan kestabilan mata uang dan harga.
Baca juga: Terbatasnya Penguatan Kurs Rupiah Tertahan oleh Yen
Menurut riset BMI Research, seperti dilansir Bloomberg, BI kemungkinan tidak mampu mengabaikan potensi untuk volatilitas rupiah karena rupiah sangat rentan terhadap arus keluar hot money akibat tingginya kepemilikan asing terhadap obligasi mata uang lokal.
Sementara itu, mata uang lainnya di Asia terpantau bergerak variatif, dengan renminbi Cina yang melemah 0,30 persen memimpin depresiasi sejumlah mata uang Asia, berdasarkan. Di sisi lain, yen Jepang yang menguat 0,94 persen pada pukul 16.46 WIB memimpin apresiasi beberapa mata uang Asia.
Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,40 persen atau 0,357 poin ke level 89,851 pada pukul 16.36 WIB.
Baca juga: Rupiah Turun 0,08 persen, Melemah 8 Hari Berturut-Turut
Sebelumnya, indeks dolar dibuka turun 0,075 poin atau 0,08 persen di level 90,133, setelah pada perdagangan Senin, 12 Februari 2018, berakhir melemah 0,26 persen di posisi 90,208.
Dolar AS melemah karena pasar saham global menunjukkan tanda-tanda stabilitas setelah penurunan tajam pekan lalu, sehingga menghidupkan kembali minat terhadap aset berisiko.
“Kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang mengangkat biaya pinjaman dan cenderung mendinginkan ekonomi. Dolar AS kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan terhadap yen,” kata Minori Uchida, kepala analis valuta asing di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, seperti dikutip Reuters.
Pada perdagangan kemarin, Senin, 12 Februari 2018, rupiah berakhir melemah 0,08 persen atau 11 poin di posisi 13.639 per dolar AS.