TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui pertumbuhan ekspor Indonesia kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Menurut Mendag, penyebabnya terletak di dalam tubuh pemerintah sendiri.
Enggar menuturkan, selama tujuh tahun terakhir Indonesia tak memiliki perjanjian dagang bebas kecuali dengan Chile. Itu pun baru saja disetujui pada 2017. "Kendalanya, internal kami dulu harus dibenahi yaitu antara kementerian dan lembaga harus satu," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 12 Februari 2018.
Mengatasi kendala tersebut, Mendag telah ditugaskan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menyusun strategi pembenahan internal. Pemerintah akan menjadikan kebijakan ekspor negara-negara di Asia Tenggara sebagai acuan untuk meningkatkan ekspor Indonesia.
Data-data tersebut, kata Enggar, akan dibahas dalam rapat koordinasi yang dipimpin Jusuf Kalla. Rapat tersebut nantinya akan menentukan langkah Indonesia ke depan dalam mengatasi kendala ekspor.
Selain terkendala oleh sinergi kementerian dan lembaga terkait, Enggar mengatakan minimnya perjanjian dagang juga dipicu masalah politik dalam suatu negara. "Seperti di Afrika Selatan, misalnya," kata dia. Pemerintah pun berencana bernegosiasi dengan pemerintah negera tersebut agar segera menyelesaikan masalah politik mereka.
Mendag menuturkan pihaknya mendapat dukungan penuh Kementerian Luar Negeri. Rencananya dia akan bertemu dengan para duta besar dan perwakilannya besok untuk membahas 10 perjanjian dagang yang berada dalam pipeline.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat kesal ihwal nilai ekspor Indonesia yang tertinggal dibandingkan negara lain. Jokowi mengatakan ekspor Indonesia pada 2017 mencapai US$ 145 miliar kalah dengan Thailand sebesar US$ 231 miliar, Malaysia US$ 184 miliar dan Vietnam US$ 160 miliar.