TEMPO.CO, Jakarta - Pada pekan depan, 12-16 Februari 2018, pergerakan indeks harga saham gabungan atau IHSG diprediksi masih terkoreksi. Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan hal ini seiring dengan maraknya aksi jual meskipun fundamental ekonomi cukup kuat.
"Namun posisi IHSG juga masih di persimpangan, di mana jika ada sentimen negatif, maka akan mudah untuk kembali melemah," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, 11 Februari 2018.
Baca: Sektor Tambang Merosot, IHSG Melemah Lagi
Reza memperkirakan pergerakan IHSG pada pekan depan akan berada di kisaran level support 6.415-6.448 dan level resisten 6.545-6.567. Prediksi tersebut turun dibanding sebelumnya, yang tercatat berada pada level support 6.578-6.588 dan level resisten 6.655-6.695.
Karena itu, Reza berharap kondisi IHSG tidak terjadi aksi jual masif agar tidak melemah terlalu dalam. Ia juga meminta investor mencermati berbagai sentimen yang dapat menahan peluang kenaikan IHSG. "Waspadai juga potensi pelemahan akibat aksi ambil untung," ujarnya.
Perdagangan IHSG sepanjang pekan kemarin diwarnai dengan maraknya aksi jual seiring pelemahan bursa saham global, yang diikuti dengan masih berlanjutnya laju rupiah yang terdepresiasi. Akibatnya, hal ini menjadi salah satu sentimen negatif bagi IHSG.
Sepanjang pekan, tercatat pergerakan IHSG masih melemah dengan penurunan -1,86 persen atau di bawah dari pekan sebelumnya, yang turun -0,48 persen. Adapun high level yang diraih mencapai 6.613, di bawah sebelumnya di 6.686, dan level terendah mencapai 6.526 dari sebelumnya 6522.
Maraknya aksi jual setelah terimbas aksi sell off di bursa saham Amerika Serikat karena kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed, yang diperkirakan akan cenderung agresif, juga turut menyeret IHSG pada zona merah.
Pada akhir pekan kemarin, tampaknya aksi jual masih terjadi seiring imbas berbagai sentimen, seperti pelemahan bursa saham global, masih melemahnya rupiah, dan berlanjutnya aksi jual asing. Aksi jual dari bursa saham global yang membuat pergerakan sejumlah saham melemah merupakan efek psikologis dari pelaku pasar yang terimbas pelemahan bursa saham lain.
Sepanjang pekan lalu, asing mencatatkan nett sell Rp 5,39 triliun dari pekan sebelumnya nett sell Rp 4,24 triliun. Selain itu, nilai transaksi bersih asing tercatat Rp 4,79 triliun, di bawah sebelumnya yang masih net buy Rp 597,98 miliar (year-to-day).