TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menanggapi pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dituangkan dalam Laporan Konsultasi Artikel IV untuk Indonesia 2017 atau Indonesia: 2017 Article IV Consultation. Laporan tersebut dinilai sejalan dengan hasil asesmen Bank Indonesia yang meyakini bahwa resiliensi perekonomian Indonesia semakin membaik.
Laporan Konsultasi Artikel IV untuk Indonesia 2017 telah dibahas dalam pertemuan Dewan Direktur (Executive Board) IMF di Washington D.C. pada 10 Januari 2018. Hasil asesmen itu menilai perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sekaligus kondisi makroekonomi yang terjaga sehingga risiko sistemik dapat terkendali.
Baca: IMF: Ekonomi Indonesia Berpotensi Tumbuh Hingga 6,5 Persen
Inflasi selama 2017 berada pada level yang rendah sebesar 3,61 persen (yoy) sehingga dalam tiga tahun terakhir secara konsisten inflasi berhasil dikendalikan dalam kisaran sasaran. Inflasi yang terjaga pada level yang rendah dan stabil tersebut memberikan suasana yang kondusif bagi upaya penguatan momentum pemulihan ekonomi domestik.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi 2017 mencapai 5,07 persen ditopang oleh perbaikan investasi infrastruktur oleh pemerintah dan peran investasi swasta. Selain itu, membaiknya resiliensi ditandai oleh neraca transaksi berjalan yang sehat dan aliran masuk modal asing yang tinggi, serta nilai tukar Rupiah yang stabil.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir 2017 mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, yaitu sebesar US$ 130,2 miliar. Sejalan dengan hal itu, stabilitas sistem keuangan selama 2017 juga tetap terjaga.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi di 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1-5,5 persen dengan inflasi diproyeksikan berada pada kisaran 2,5-4,5 persen. Defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terkendali pada kisaran 2-2,5 persen dari PDB, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik.
Bank Indonesia memandang bahwa pencapaian positif tersebut tidak terlepas dari hasil sinergi kebijakan yang telah berjalan baik selama ini," tegas Agus Marto dalam siaran pers, Rabu, 7 Februari 2018.
Di sektor fiskal, Pemerintah telah menjalankan reformasi perpajakan dan meningkatkan kualitas pengeluaran anggaran terutama untuk proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Di sektor riil, Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki iklim investasi dan merevisi ketentuan terkait investasi infrastruktur guna mendorong percepatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur.
Selanjutnya, Bank Indonesia senantiasa mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Agus menekankan bahwa kebijakan makroekonomi yang ditempuh secara konsisten dan terukur oleh pemerintah dan Bank Indonesia menjadi faktor penopang utama membaiknya kinerja perekonomian nasional.
"Bank Indonesia memandang bahwa terdapat peluang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih kuat dan berkelanjutan melalui penguatan implementasi reformasi struktural," ujar Agus Marto.
Oleh karena itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung upaya pemerintah untuk melaksanakan reformasi struktural yang menyeluruh. IMF dalam asesmennya terhadap Indonesia menyatakan bahwa saat ini Indonesia berada pada posisi yang baik dalam mengatasi berbagai tantangan socio-economy.