TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo optimistis stabilitas sistem keuangan di Indonesia ke depan tetap terjaga di tengah tekanan pada mata uang dunia, termasuk rupiah. "BI selalu ada di pasar untuk meyakinkan stabilitas sistem keuangan terjaga. Kami akan jaga volatilitasnya," kata Agus saat ditemui setelah menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa malam, 6 Februari 2018.
Pelemahan sejumlah mata uang terhadap dolar Amerika Serikat, menurut Agus, adalah bentuk transisi yang sedang berjalan akibat perbaikan ekonomi dari sisi investasi, konsumsi, dan tingkat pengangguran di negara yang dipimpin Presiden Donald Trump tersebut. Selain itu, hal tersebut merupakan kondisi normal akibat adanya penyesuaian aturan pajak Amerika yang baru disetujui dan pelantikan Jerome Powell sebagai pemimpin baru bank sentral Amerika (The Fed).
Baca: Dolar Melemah, Rupiah Masih Terdampar di Zona Merah
Lebih jauh, Agus menyebutkan situasi di negara besar berdampak pada negara berkembang. Untuk Indonesia, laporan pertumbuhan ekonomi yang baik dan inflasi yang sesuai dengan target cukup mengimbangi penguatan dolar Amerika.
Terkait dengan tren pelemahan kurs rupiah, Agus menuturkan hal tersebut bersifat sementara mengingat ekonomi Indonesia tetap baik, yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan neraca pembayaran. "Kemarin itu ada surat utang negara yang jatuh waktu dan membuat dana keluar," ucapnya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah 40 poin menjadi 13.560 per dolar Amerika. Sedangkan sebelumnya rupiah diperdagangkan pada posisi 13.520 per dolar Amerika.
ANTARA