TEMPO.CO, Jakarta-PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menunda rencana akuisisi dua bank Filipina pada tahun ini. Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perseroan akan berfokus menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan) terlebih dulu pada tahun ini.
"Tunggu sampai NPL kami di bawah 3 persen, nanti kami pertimbangkan lagi," kata Tiko di acara paparan kinerja kuartal IV 2017 Bank Mandiri di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, 6 Februari 2018.
Baca: Kenapa Utang Bank BUMN Nyaris Rp 2.500 Triliun
Hingga akhir 2017, Bank Mandiri mencatatkan rasio NPL sebesar 3,46 persen dari sebelumnya 4 persen pada 2016. Tiko mengatakan penurunan itu turut memangkas pencadangan dari Rp 24,6 triliun pada 2016 menjadi Rp 16 triliun pada akhir tahun lalu.
Kartika optimistis rasio NPL Bank Mandiri bakal turun di bawah 3 persen pada medio 2018. Kendati begitu, dia berujar, akuisisi bank Filipina baru akan dilakukan setelah perseroan mampu menahan rasio NPL di angka 2,5 persen.
"Kami diminta slowdown dulu anorganik, fokus turunkan NPL 3 persen. Nanti baru kami pertimbangkan lagi kalau NPL di bawah 2,5 persen," ujarnya.
Adapun hingga akhir tahun, Kartika optimistis rasio NPL dapat ditekan pada level 2,6-2,8 persen. Dengan demikian, rencana akuisisi bank Filipina kemungkinan baru bakal direalisasikan tahun depan. "Tahun 2019 corporate action-nya, 2018 masih tahun penyelesaian NPL," ujarnya.
Agustus 2017 lalu, Bank Mandiri menyatakan tengah mendekati dua bank Filipina untuk diakuisisi. Perseroan sebelumnya menargetkan rencana ekspansi itu terealisasi pada semester pertama 2018.
Rencana akuisisi itu merupakan hasil penandatanganan letter of intent (LOI) antara Otoritas Jasa Keuangan dan bank sentral Filipina, Bangko Sentral Ng Pilipinas, pada Ahad, 4 Juni 2017. Keduanya bekerja sama untuk akuisisi bank Filipina. Bank Mandiri menyanggupi berpartisipasi karena sudah memenuhi syarat dengan lolos seleksi Qualified ASEAN Bank (QAB).
Tak hanya rencana akuisis bank Filipina yang ditunda. Kartika mengatakan aksi korporasi yang lain juga baru akan dilakukan setelah rasio NPL berhasil diturunkan. Aksi korporasi yang dimaksud yakni rencana penawaran saham perdana (initial public offering atau IPO) anak usaha, PT Mandiri Tunas Finance dan Bank Syariah Mandiri.
Kartika mengatakan perseroan menginginkan kedua anak usaha tersebut memiliki valuasi dan kapital market memadai lebih dulu sebelum melantai di bursa. Perbankan pelat merah ini menargetkan kapital market MTF mencapai Rp 2,5-3 triliun terlebih dulu.
"Kemarin market cap (MTF) di bawah RP 2 triliun. BSM dan MTF mungkin lebih ke 2019. Tergantung strategic investor lebih memadai mana dari sisi valuasi dan value yang kami dapat," ujar Tiko.
Adapun ihwal BSM, Tiko mengatakan unit usaha ini sedang dalam proses perbaikan, terutama terkait return on equity (ROE) yang dinilai belum optimal dan rasio NPL yang masih di angka 4 persen.
"Tahun 2019 terakhir dia perbaikan, NPL bisa 3 persen, ROE bisa 10 persen ke atas, harapannya nanti bisa rencana corporate action," kata Tiko, Dirut Bank Mandiri.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | VINDRY FLORENTIN