TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 7 persen hingga mencapai Rp 815,8 triliun pada tahun 2017. Direktur Distribusi Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan kenaikan ini disokong oleh pertumbuhan tabungan, giro, dan deposito rupiah. Adapun tabungan, giro, dan deposito valas tercatat mengalami penurunan.
"Tabungan rupiah tumbuh sebesar 13,7 persen menjadi Rp 309, 2 triliun dari sebelumnya Rp 272 triliun," kata Hery dalam acara dalam konferensi pers kinerja kuartal IV Bank Mandiri di auditorium Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, 6 Februari 2018.
Simak: 2017, Aset Bank Mandiri Senilai Rp 1.124,7 Triliun
Hery memaparkan, hingga akhir 2017 giro rupiah tumbuh 13,7 persen menjadi sebesar Rp 141,5 triliun, sedangkan deposito rupiah tumbuh 3,4 persen menjadi Rp 250,3 triliun. Adapun tabungan valas, giro valas, dan deposito valas masing-masing turun sebesar 8,6 persen, 1,2 persen, dan 18,9 persen. Nilai ketiganya, secara berturut-turut yakni Rp 27,7 triliun, Rp 61,9 triliun, dan Rp 25,19 triliun.
Pada periode yang sama, perbankan pelat merah ini mencatatkan pertumbuhan dana murah sebesar 10,4 persen atau sebesar Rp 50,9 triliun meningkat menjadi Rp 540,3 triliun dari sebelumnya Rp 489 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan peningkatan dana murah masih akan menjadi salah satu cara perseroan untuk memperkuat struktur pendanaan.
"Hingga akhir tahun lalu pengumpulan dana murah perseroan tercatat bertambah Rp 50,9 triliun, setara dengan kenaikan 10,4 persen year on year menjadi Rp 540,3 triliun. Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 34,6 triliun menjadi Rp 337 triliun dan kenaikan giro sebesar Rp 16,3 triliun menjadi Rp 203,4 triliun," kata Kartika.
Kartika menambahkan, perseroan juga berhasil menurunkan cost of fund menjadi 2,73 persen dari posisi akhir tahun 2016 sebesar 2,93 persen. Selain meningkatkan dana murah, ujar Kartika, Bank Mandiri juga berkeinginan menumbuhkan bisnis secara berkesinambungan dengan menjaga pertumbuhan biaya operasional dan penyaluran kredit yang lebih prudent, baik di segmen wholesale dan retail.