TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham di New Yok Stock Exchange atau Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat mengalami penurunan terburuk dalam enam tahun terakhir atau sejak 2012. Sejumlah saham mulai berguguran pada hari Senin, 5 Februari 2018, waktu setempat.
Michael Yoshikami, CEO Destination Wealth Management, sebuah firma penyedia jasa manajemen dan perencanaan pajak menilai kegelisahan masih menaungi investor di Amerika Serikat. "Terutama saat mereka terus memikirkan hal ini (penurunan nilai saham)," katanya sebagaimana dikutip dari CNBC, Selasa, 6 Februari 2018.
Penurunan, salah satunya dialami oleh Indeks Dow Jones Industrial Average, turun drastis sekitar 1.175,21 poin ke level 24.345,75, atau sekitar 4,6 persen. Penurunan ini dinilai merupakan yang terburuk dalam sejarah pasar saham di Amerika Serikat.
Simak: Pengusaha Usulkan Aturan Bursa Saham Khusus
Selain itu, Indeks S&P 500 juga mengalami penurunan sebesar 113,19 poin ke level 2.648,94 atau sekitar 4,1 persen. Terakhir, penurunan dialami oleh indeks Nasdaq Composite yang turun sebesar 273,42 poin ke level 6.967,53, atau sekitar 3,78 persen.
Penurunan harga saham Amerika Serikat ini pun berimbas saham di sejumlah wilayah Aisa dan Eropa. Hanya Indeks Shanghai Composite yang cukup kuat melawan tren penurunan dengan mencatatkan kenaikan 0,7 persen. Sebaliknya, Indeks FTSE 100 mengalami penurunan paling tajam dalam 10 bulan terakhir, mencapai 1,5 persen.
Jeffrey Kleintop, Chief Global Investment Strategist pada Charles Schwab, sebuah firma broker mengatakan penurunan bursa saham ini bukanlah disebabkan oleh aspek fundamental ataupun persitiwa makro ekonomi. Ia menilai penurunan ini merupakan imbas dari perdagangan berbasis komputer. Namun ia meyakini penurunan ini tidak akan berlangsung lama. "Bisa dikoreksi dengan cepat dan akan mengalami rebound," ujarnya,
FAJAR PEBRIANTO | CNBC | TELEGRAPH