TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo atau Jokowi merasa belum puas dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik sebesar 5,07 persen sepanjang 2017. "Ya angka berapa pun kita memang harus ditingkatkan lagi," kata Jokowi di kantor wakil presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa, 6 Februari 2018.
Jokowi mengatakan masih banyak peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Peluang itu harus bisa diambil saat ini. Misalnya, dia menyebutkan saat ini sudah saatnya memulai investasi di bidang apapun. "Saya kira ini kesempatan yang baik, apakah di pertambangan, industri, infrastruktur. Menurut saya ini saatnya," ujarnya.
Adapun langkah-langkah untuk mempermudah investasi itu sendiri, kata Jokowi, sudah mulai dilakukan. Yang terbaru, Jokowi mengatakan bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah memangkas 32 regulasi untuk menyederhanakan aturan demi mendukung pengembangan investasi.
Regulasi yang dicabut tersebar pada subsektor minyak dan gas bumi (migas), mineral dan batu bara (minerba), ketenagalistrikan, energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE), serta regulasi pada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Jokowi berharap, kementerian lain akan mencontoh langkah kementerian yang dipimpin Ignasius Jonan tersebut. "Saya kira kementerian yang lain ini akan terus mengimbangi," kata dia.
BPS sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat 2017 sebesar 5,19 persen year-on-year. Secara keseluruhan, sepanjang 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,07 persen atau lebih tinggi dibanding 2016 yang tercatat 5,03 persen.
Meski angkanya lebih rendah dari target sebesar 5,2 persen, Kepala BPS Suhariyanto menyatakan angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2017 ini adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir dan merupakan angka pertumbuhan kuartalan tertinggi sepanjang 2017. Namun untuk produk domestik bruto (PDB) lebih rendah 1,7 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan tertinggi pada kuartal VI tersebut didorong oleh banyaknya sentimen positif, antara lain Ekonomi Cina dan Amerika Serikat yang membaik serta mengambil 27 persen dari pangsa ekspor Indonesia. Selain itu, harga komoditas merangkak naik pada kuartal VI yang mendorong nilai ekspor Indonesia.
Untuk pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, Suhariyanto menuturkan pertumbuhan terjadi pada semua sektor lapangan usaha. Sektor informasi dan komunikasi mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 9,81 persen, menyusul jasa lain dengan 8,66 persen serta transportasi dan pergudangan sebesar 8,49 persen.