TEMPO.CO, Jakarta -Dekat dengan teknologi membuat generasi milenial lebih mudah bergaul dan berbagi pengalaman, termasuk di media sosial. Namun, intensitas penggunaan media sosial yang tinggi juga membuat mereka cenderung boros.
Berbagai survei menunjukkan generasi milenial selalu berusaha terlihat keren dan menarik di media sosial, baik itu dengan berkunjung ke tempat wisata, makan di kafe atau restoran mewah, maupun membeli aksesoris yang populer. Padahal, sebenarnya gaya hidup seperti itu justru menjebak karena pengeluaran lebih besar dari pemasukan.
Lalu, bagaimana caranya mengatur keuangan tapi bisa tetap eksis? Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menyarankan agar kaum milenial, termasuk mereka yang baru masuk kerja (first time jobber), menjadikan investasi sebagai gaya hidup.
Cara paling mudah dan murah untuk berinvestasi adalah dengan memiliki reksadana. “Dengan reksa dana, kita bisa memiliki beberapa portofolio aset, tanpa harus mengeluarkan uang yang besar. Bahkan, kita sudah bisa membeli reksadana dengan Rp 100.000,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 6 Februari 2018.
Baca: Kenapa Investasi Reksadana Disebut Cocok Untuk Generasi Milenial?
Bagi para calon investor yang ingin mulai berinvestasi di reksadana tapi belum menetapkan tujuan investasi dalam jangka panjang, reksadana pasar uang bisa menjadi pertimbangan. Pasalnya, reksadana jenis ini memiliki risiko paling rendah dibandingkan reksa dana lainnya dan memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank.
Dia menyebutkan beberapa produk reksadana pasar uang milik Bahana TCW yang dapat dipertimbangkan adalah Bahana Dana Likuid dan Bahana Likuid Syariah. Berdasarkan laporan kinerja produk per Desember 2017, Bahana Dana Likuid memberi yield neto sebesar 6,35% selama setahun.
Namun, jika ingin memperoleh imbal hasil lebih tinggi, reksadana saham atau obligasi bisa menjadi opsi. Bahana Trailblazer Fund (BTF), Bahana Dana Prima, dan Dana Ekuitas Andalan disebut sebagai beberapa reksa dana saham yang memberikan return positif sepanjang 2017, dengan imbal hasil masing-masing 18,4%, 17,6%, dan 14,8%.
Sementara itu, ketika sudah memasuki usia produktif sebaiknya memilih reksa dana yang risikonya lebih tinggi.
"Walaupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, risiko itu masih bisa tertutup dengan pendapatan yang diperoleh setiap bulan. Sebaliknya, ketika IHSG naik, reksa dana saham bisa memberi return yang jauh lebih tinggi ketimbang reksadana pasar uang, obligasi, dan campuran," terang Direktur Riset dan Investasi Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo.
Untuk mempermudah generasi milenial, Edward mengungkapkan pihaknya sudah bekerja sama dengan sejumlah agen perbankan dan non perbankan seperti T-Cash, Bareksa.com, Star Mercato Capitale atau Tanamduit.com. Demografi Indonesia yang gemuk di rentang 15-34 tahun disebut sebagai pasar potensial bagi Bahana.