TEMPO.CO, Jakarta-Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan skema pembiayaan infrastruktur non anggaran pemerintah (PINA) dapat direalisasikan untuk dua proyek pada kuartal I 2018. Chief Executive Officer PINA Center Ekoputro Adijayanto mengatakan kedua proyek tersebut yakni proyek 18 ruas jalan tol yang dikerjakan PT Waskita Karya Toll Road dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Meulaboh 2x200 MW yang digarap oleh PT PP Energi.
"Kami targetnya kuartal I ini, dengan PINA sudah agreement, mereka sudah bikin joint venture kan," kata Eko usai acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) green bonds antara PT Efek Beragun Aset dan Climate Bonds Initiative di kantor Bappenas, Jakarta, Senin, 5 Februari 2018.
Baca: PINA Kaji Tiga Proyek Berikut untuk Dibiayai Lewat Skema Green Bonds
Eko mengatakan, proyek Waskita Toll Road yang akan dibiayai yakni pembangunan 15 ruas tol Trans Jawa dan 3 ruas Trans Sumatera. Dia menuturkan awalnya Bappenas hanya menargetkan PINA untuk 15 ruas tol, tetapi kemudian mendorong ke proyek ruas tol Waskita Toll Road yang lain. Adapun nilai investasi yang akan digelontorkan untuk proyek ini, ujar Eko, yakni US$ 500 juta.
"Yang kami dorong perusahaan yang sudah joint venture dengan salah satu perusahaan di Indonesia, dari Cina, Huatsing," ujar Eko.
Adapun terkait proyek PLTU Meulaboh, Eko mengatakan proyek senilai US$ 540 juta ini juga akan segera dikucuri dana. Adapun skema yang dipakai yakni perpetual notes senilai Rp 1 triliun pada kuartal I tahun ini.
"Tapi mungkin mereka masuk secara bertahap, mungkin masuknya Rp 500 miliar dulu," kata Eko.
Eko mengatakan, jika final, maka ini akan menjadi perpetual notes pertama di Indonesia. Dia berujar PINA memang mendorong semua instrumen mendekati ekuitas perusahaan pengerja proyek.
Selain investor asing, Eko mengatakan ada pula investor lokal yang melakukan pendekatan. Tiga di antaranya yakni Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKG) dan PT Danareksa, dan PT Ciptadana. Eko berujar, Huatsing, BPKH, dan Danareksa akan masuk sebagai institutional investor, sedangkan Ciptadana akan menjadi retailer investor.
"Kami menjajaki dari berbagai gerai. Kami ingin sekali melibatkan retail investor dalam rangka pendalaman pasar modal kita, jadi jangan cuma di institutional investornya," tutur Eko.
Baca berita tentang Bappenas lainnya di Tempo.co.