TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin, 5 Februari 2018, dengan penurunan 0,51 persen atau 68 poin di Rp 13.520 per dolar Amerika Serikat.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.482-13.528 per dolar Amerika.
Analis Asia Trade Point Futures, Andri Hardianto, menuturkan rupiah anjlok pada perdagangan hari ini ditengarai akibat sentimen dari Amerika.
Baca juga: Laju Dolar Diprediksi Masih Menguat, Rupiah Akan Tertekan
Rilis data sektor tenaga kerja Amerika pada pekan lalu mendorong penguatan dolar Amerika dan berimbas pada melemahnya rupiah.
Departemen Tenaga Kerja Amerika melaporkan data non-farm payroll (NFP), yang dirilis pada Jumat, 2 Februari 2018, untuk periode Januari 2018 meningkat 200 ribu, lebih tinggi dari konsensus 175 ribu. Sedangkan tingkat pengangguran tidak berubah, yakni 4,1 persen.
Adapun kenaikan upah secara tahunan tercatat meningkat 2,9 persen setelah mengalami penurunan hingga 2,5 persen pada tahun lalu. Angka ini juga lebih tinggi dari konsensus 2,6 persen.
“Positifnya, data tenaga kerja Amerika telah mendorong aksi borong dolar,” kata Andri ketika dihubungi, Senin.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Pekan Depan Diprediksi Melemah Lagi
Adapun indeks dolar Amerika, yang mengukur kekuatan kurs dolar Amerika terhadap sejumlah mata uang utama hari ini, terpantau melemah 0,14 persen atau 0,121 poin ke level 89,074 pada pukul 16.30.
Sedangkan mayoritas mata uang lain di Asia terpantau menguat, dipimpin peso Filipina dengan penguatan 0,32 persen, serta disusul yen Jepang yang terapresiasi 0,31 persen. Adapun won Korea Selatan melemah 0,79 persen.
Pagi tadi, rupiah dibuka dengan pelemahan 0,28 persen atau 38 poin ke level Rp 13.490 per dolar Amerika. Adapun pada perdagangan Jumat, 2 Februari 2018, rupiah ditutup terdepresiasi 0,21 persen atau 28 poin di posisi Rp 13.452.