TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat 2017 sebesar 5,19 persen year-on-year. Secara keseluruhan, sepanjang 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,07 persen atau lebih tinggi dibanding 2016 yang tercatat 5,03 persen.
“Ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2014, tapi memang ini lebih rendah daripada target 5,2 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 5 Februari 2018.
Baca: Investasi di Go-Jek, Google Perkuat Ekonomi Internet RI
Suhariyanto pun menyatakan angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2017 ini adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir dan merupakan angka pertumbuhan kuartalan tertinggi sepanjang 2017. Namun untuk produk domestik bruto (PDB) lebih rendah 1,7 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan tertinggi pada kuartal VI tersebut didorong oleh banyaknya sentimen positif, antara lain Ekonomi Cina dan Amerika Serikat yang membaik serta mengambil 27 persen dari pangsa ekspor Indonesia. Selain itu, harga komoditas merangkak naik pada kuartal VI yang mendorong nilai ekspor Indonesia.
Untuk pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, Suhariyanto menuturkan pertumbuhan terjadi pada semua sektor lapangan usaha. Sektor informasi dan komunikasi mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 9,81 persen, menyusul jasa lain dengan 8,66 persen serta transportasi dan pergudangan sebesar 8,49 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber daya pertumbuhan ekonomi 2017, industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,91 persen. Diikuti konstruksi 0,67 persen, perdagangan besar-eceran, dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,59 persen.
Di sisi lain, pembentuk modal tetap bruto (PMTB) pada 2017 tumbuh 6,15 persen. Ini disebabkan oleh realisasi investasi riil jadi kuartal IV juga melesat 12,7 persen secara tahunan menjadi Rp 179,6 persen.
Berita lain tentang pertumbuhan ekonomi dapat dibaca di Tempo.co.