TEMPO.CO, Jakarta -Penguatan nilai tukar rupiah pada pekan depan 5-9 Februari 2018 diprediksi akan tertahan. Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan masih adanya sentimen negatif dari terapresiasinya dolar AS diprediksi akan membuat pergerakan rupiah tertahan dan cenderung melemah.
"Diharapkan rilis beberapa data makroekonomi di pekan depan dapat membantu rupiah untuk kembali masuk dalam kenaikannya," kata Reza kepada Tempo, Ahad, 4 Februari 2018.
Karena itu, kata Reza, diharapkan investor pada pasar valas pekan depan perlu mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada rupiah. Khususnya imbas dari rilis data-data ekonomi pada pekan depan. Diperkirakan laju rupiah akan berada pada rentang support 13.467 dan resisten 13.432.
Pada perdagangan valas pekan kemarin, terapresiasinya dolar AS membuat pergerakan rupiah tertahan dan cenderung terkoreksi selama sepekan kemarin. Adapun nilai tukar rupiah melemah 3,18 persen dari sebelumnya menguat 2,12 persen.
Pada pekan kemarin, laju rupiah sempat melemah ke level 13.450 atau di bawah sebelumnya di level 13.350 Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 13.301 atau di bawah level sebelumnya di level 13.273. Laju rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support 13.315 dan di bawah resisten 13.277.
Baca Juga:
Hingga akhir pekan, nilai tukar rupiah kembali melemah seiring masih menguatnya laju dolar AS dengan sentimen kekhawatiran akan meningkatnya tingkat suku bunga The Fed dalam waktu dekat sering membaiknya data-data ekonomi AS.
Di sisi lain, rupiah mendapat sentimen dari dalam negeri dimana BI menyampaikan perkiraan defisit transaksi berjalan (CAD) tahun 2018 akan melebar sebesar 2,1 persen pada tahun ini, atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).