TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT XL Axiata Tbk Dian Siswarini mengatakan pihaknya berencana mengembangkan bisnis ke jaringan televisi berbayar karena bisnis telekomunikasi mulai jenuh. Untuk pengembangan itu, XL menyiapkan US$ 500 juta.
“Penetrasi sekarang sudah 140 persen. Karena itu, kami reinvent a way to play. Makanya kami masuk ke pay TV, masuk ke konten,” ujar Dian di XL Axiata Tower, Jakarta, Jumat, 2 Februari 2018.
Simak: XL Targetkan Pelanggan Meningkat Tiga Kali Lipat
Menurut dia, pengembangan televisi berbayar tersebut akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama akan diluncurkan pada kuartal kedua 2018. Dalam peluncuran tahap pertama, Dian mengatakan dana yang dikeluarkan perseroan hanya sekitar 10 persen dari total anggaran belanja modal perseroan tahun 2018 sebesar Rp 7 triliun, yakni Rp 700 miliar.
“Rencananya Q2 kami akan launching, tapi baru partnering, belum merger and acquisition (M&A) karena itu akan makan waktu lumayan lama,” ucap Dian.
Menurut Dian, biaya US$ 500 juta yang akan disiapkan merupakan biaya penggabungan dan akuisisi perseroan dengan televisi berbayar tersebut. Biaya itu nantinya juga digunakan untuk pengembangan selama lima tahun.
“Kalau peak fundingnya itu bisa US$ 500 juta dalam lima tahun itu," katanya. Peak funding tersebut, menurut Dian, merupakan dana total untuk proses M&A, membangun jaringan broadband, dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk menyiapkan konten. XL juga akan mempertimbangkan pembiayaan dari pihak luar.
Dian beralasan kerja sama melalui akuisisi dan merger akan mempermudah XL membangun berbagai jaringan infrastruktur yang diperlukan dalam bisnis baru ini. "Karena kalau bangun sendiri gali-galinya juga makan waktu lama, jadi kami akan berpartner," tuturnya.
Dian menjelaskan, pihaknya akan membuat jenis model baru dalam bisnis ini, sehingga akan cenderung berbeda dengan kerja sama yang dijalani XL bersama dengan MNC Vision. Kendati demikian, Dian tak menutup kemungkinan kontennya akan didukung MNC.
"Bisa jadi. Kontennya bisa jadi dari MNC, juga bisa dari yang lain. Pokoknya bisnis modal yang berbedalah dari yang sekarang," kata Dian.