TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri perawatan dan perbaikan pesawat, atau maintenance, repair, and overhaul (MRO), di Indonesia. Sebab, masih banyak potensi pengembangan industri ini yang bisa diintegrasikan dengan beberapa bandar udara dalam negeri.
“Industri perawatan pesawat sangat penting. Seharusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar. Kalau ada airline dari luar negeri, bisa dirawat oleh pekerja kita,” kata Presiden Joko Widodo, melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 2 Februari 2018.
Baca: Rini Soemarno Ingin Pesawat N219 Terbang Secara Komersial di 2019
Presiden menilai industri tersebut terbilang cukup menjanjikan seiring dengan meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Selain itu, industri perawatan pesawat diharapkan bisa menurunkan biaya industri penerbangan. Salah satunya biaya impor komponen pesawat.
Jokowi meyakini Indonesia mampu berkompetisi dengan negara lain untuk memberikan jaminan perawatan pesawat, seperti Singapura. “Pemerintah Singapura telah memberikan jaminan repair bahwa semua komponen bisa bebas bea cukai dan impor ekspor tidak lebih dari lima jam. Kita bisa? Bisa, kalau mau, niat,” katanya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, di Bintan sedang dikembangkan airport and aerospace industry park di atas lahan seluas 4.000 hektare. Kawasan aviasi terpadu tersebut akan menjadi yang terlengkap di Indonesia dengan didukung beberapa fasilitas penunjang, seperti bandara, sarana perbaikan pesawat, pelatihan pegawai penerbangan, serta area kawasan bisnis dan residensial.
Selain itu, Airlangga menyebutkan, Kementerian Perindustrian dan Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA) sepakat bersinergi untuk pembangunan unit pendidikan dan penyediaan tenaga pengajar ahli di bidang perawatan pesawat. Kerja sama dengan industri yang akan menampung para lulusan agar dapat langsung terserap dunia kerja pun juga perlu dilakukan.
Kementerian Perindustrian mencatat, Indonesia akan menyerap 12 ribu-15 ribu tenaga ahli MRO dalam kurun 15 tahun. Sementara itu, sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesia baru menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, padahal kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun.
Airlangga menjelaskan, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini berdasarkan pada kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.
“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar 8 persen dan Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah Cina dan India,” kata Airlangga.