TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyatakan siap meresmikan pengoperasian sembilan Bandar Udara (Bandara) di 2018 ini. Kesembilan bandara tersebut sebagian besar dibangun di daerah yang masih belum berkembang dan tersebar seluruh Indonesia.
Sembilan bandara tersebut adalah Bandara Maratua-Kalimantan Timur, Bandara Morowali-Sulawesi Tengah, Bandara Letung-Anambas Kepulauan Riau, Bandara Tebelian-Sintang Kalimantan Barat, Bandara Raden Inten II-Lampung, Bandara Namniwel-Buru Maluku, Bandara Werur-Papua Barat, Bandara Koroway Batu-Papua dan Bandar APT Pranoto-Samarinda Kalimantan Timur.
Baca: Bandara Sam Ratulangi Layani Penerbangan Sewa Manado-Cina
"Kami membangun bandara di lokasi tersebut dengan pertimbangan dapat memberikan dampak secara ekonomi, budaya dan pariwisata," kata Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso dalam keterangan rilis yang diterima Tempo, Selasa, 30 Januari 2018.
Agus menyatakan semua pembangunan bandara tersebut menggunakan anggaran Dirjen Perhubungan Udara dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Namun bukan tidak mungkin nantinya bandara-bandara tersebut akan bekerjasama dengan pihak lain yang mempunyai sertifikat Badan Usaha Bandar Udara (BUBU). Baik dari BUMN maupun swasta jika memiliki kemampuan sesuai Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009.
"Semua bandara baru mempunyai panjang landasan lebih dari 1200 meter, sehingga bisa didarati pesawat sejenis ATR 42 turboprop," ujar dia. Selain itu, kesembilan bandara tersebut sudah memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan.
Ia berharap, Presiden Joko Widodo dapat meresmikan bandara-bandara tersebut pada Februari-Juni 2018. "Dengan demikian bandara bisa beroperasi dengan optimal dan mampu meningkatkan ekonomi di sekitarnya," kata Agus.