TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pertemuan bilateral bersama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sepakat upaya pembangunan perdamaian di Afganistan juga harus ditopang dengan pembangunan ekonomi negara. Upaya pembangunan perdamaian dan pembangunan ekonomi, menurut Jokowi, harus berjalan secara beriringan.
"Tanpa perdamaian tidak akan ada kesejahteraan, tanpa kesejahteraan, perdamaian tidak akan lestari. Oleh karena itu, pada saat kita bekerja sama membangun perdamaian, maka kerja sama ekonomi harus ditingkatkan secara paralel," kata Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Agr, Kabul, Senin, 29 Januari 2018.
Baca: Nilai Perdagangan RI-Bangladesh Naik 26 Persen, Ini Pesan Jokowi
Presiden Jokowi menjelaskan nilai perdagangan antara Indonesia dan Afganistan saat ini masih relatif rendah. Namun ia percaya potensi kerja sama perdagangan kedua negara sangat besar.
Oleh karena itu Jokowi akan menindaklanjuti potensi kerja sama dengan menugaskan pihak terkait. "Saya telah meminta para menteri saya untuk mendorong business-to-business contact," demikian Presiden dalam keterangan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Sebelumnya, sekitar 100 pengusaha Afganistan hadir dalam Trade Expo Indonesia pada 2017. Kedatangan mereka membukukan nilai transaksi lebih dari US$ 1,1 juta.
Lebih jauh, Jokowi berjanji untuk mengirimkan delegasi bisnis potensial ke Afganistan pada triwulan pertama 2018. "Saya yakin interaksi yang lebih intensif antara pebisnis kedua negara dapat membuka berbagai peluang kerja sama," katanya.
Sejumlah pejabat yang turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral yaitu Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Afghanistan Arief Rachman.
ANTARA