TEMPO.CO, Riau - Siak Sri Indrapura tengah memasuki masa panen raya beras di lima kecamatan sebagai sentral padi di daerah itu. Jumlah produksi
padi saat ini mencapai 35,504 Ton pertahun. Pemerintah Siak mengklaim tidak terpengaruh adanya upaya impor beras yang dicanangkan pemerintah pusat meski memasuki masa panen raya.
"Kami berharap Siak tidak tergantung dengan impor beras," kata Bupati Siak, Syamsuar, seusai menghadiri acara panen raya di
Kecamatan Bunga Raya, Siak, Senin, 29 Januari 2018.
Simak: Pemerintah Akan Impor 500 Ribu Ton Beras
Namun demikian, Syamsuar mengakui Siak sebagai sentral padi di Riau memang belum cukup memenuhi kebutuhan masyarakat lokal dan
Provinsi Riau. Namun kata dia, sejauh ini daerah tersebut tidak ada persoalan dengan persediaan beras. Kebijakan impor beras yang
dikeluarkan pemerintah pusat justru diharapkan menjadi pelecut semangat petani lokal terus meningkatkan produktifitasnya untuk
mencapai swasembada pangan.
"Kebijakan secara nasional kami tidak tahu, yang kami tahu sejauh ini tidak ada persoalan ketersediaan beras di Siak, meskipun
perlu impor, itupun dari provinsi tetangga seperti Palembang, Sumut dan Sumbar, bukan dari Vietnam atau Thailand," ucapnya.
Syamsuar menjelaskan, jumlah rerata panen padi di Siak sejak enam tahun terakhir mencapai 35,504 Ton pertahun. Nilai produksi
tersebut jauh meningkat di banding tahun 2011 lalu sebesar 25,08 persen atau 28,220 Ton. Semantara jumlah rerata produksi padi
dalam satu hektare mencapai 4.514 Ton, mengalami peningkatan dari masa produksi enam tahun lalu (2011) yakni 4.078 Ton perhektare.
"Sejak 2011 kami fokus mengembangkan padi dengan peningkatan 18 persen selama enam tahun kemudian," ujarnya.
Syamsuar mengaku terus berupaya meningkatkan target produksi beras mencapai 50 Ton pertahun untuk mencapai swasembada pangan.
Pihaknya berharap adanya dukungan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk mendukung program perluasan
lahan, pompanisasi dan irigasi.
"Untuk tahun 2018, program cetak sawah masih kami canangkan di wilayah Sungai Apit," ujarnya.
Bertanam padi menjadi harapan baru bagi petani di Siak. Nilai jual padi dianggap lebih menguntungkan dari Kelapa Sawit yang selama
ini menjadi primadona daerah itu. Sejauh ini, seluas 50 hektare lahan kelapa sawit sudah dialihfungsikan menjadi sawah. "Masih ada
lagi yang akan menyusul menumbang kelapa sawit untuk dijadikan sawah," ucapnya.