TEMPO.CO, Jakarta -Harga minyak dunia terus mengalami kenaikan secara fluktuatif di kisaran US$ 60 per barel dalam tiga bulan terakhir. Angka ini masih berpotensi meningkat hingga ke level US$ 70 per barel. Kenaikan ini dapat berimbas ke harga bahan bakar minyak atau BBM di dalam negeri, sebab pemerintah hanya menetapkan subsidi minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 sebesar US$ 48 per barel.
Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Satya Yudha mengatakan pemerintah harus mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia agar tidak serta merta berimbas pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Satya berujar, pemerintah terutama harus melindungi daya beli masyarakat terhadap BBM. Satya mengatakan, hal tersebut juga harus dilakukan demi menahan laju inflasi yang ditargetkan sebesar 3,5 (+-1) persen pada tahun ini.
"Kenaikan harga minyak dunia tidak serta merta untuk menaikkan BBM apabila pemerintah masih menghendaki untuk melindungi daya beli masyarakat," kata Satya kepada Tempo, Sabtu, 27 Januari 2018.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Desember lalu telah memutuskan harga BBM penugasan dan solar bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Di sisi lain, juga belum ada koreksi subsidi APBN 2018 terkait harga minyak ini. Dengan demikian, selisih harga tersebut masih menjadi beban PT Pertamina (Persero).
Satya mengingatkan, pemerintah harus tetap mempertimbangkan kesehatan keuangan Pertamina. "Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kesehatan keuangan Pertamina terhadap buffer yang dia pakai untuk membayar BBM tadi, agar dia masih mampu investasi di hulu dan hilir," kata Satya.
Pemerintah menganggarkan subsidi energi pada 2017 sebesar Rp 89,9 triliun. Namun, anggaran tersebut membengkak sebesar Rp 7,7 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan harga minyak dunia yang melebihi perkiraan pemerintah menjadi faktor terjadinya pembengkakan itu. Dari proyeksi senilai US$45 per barel, harga minyak mentah dunia pada November lalu rata-rata US$ 60 per barel.