TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah sektor kredit, seperti ritel, masih didera kredit bermasalah yang ditunjukkan dengan tingkat NPL yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah sektor ritel. "Kalau untuk ritel masih menunggu, NPL tinggi karena tahun lalu kan daya beli masyarakat melemah," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi, Jumat 26 Januari 2018
Namun, Bhima memprediksi tekanan terhadap kredit ritel perlahan mulai membaik tahun ini. "Karena tahun ini tahun politik, perputaran uang akan lebih banyak." Menurut Bhima, anggaran belanja tahun politik setidaknya dapat mencapai Rp 40 triliun. "Sehingga diharapkan daya beli masyarakat khususnya di daerah akan semakin bagus, jadi ritel juga meningkat mulai di triwulan I." Jika pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di atas 5 persen, maka kredit ritel akan kembali bangkit. "Kalau bisa di atas itu bahkan bank akan kembali berani menyalurkan kredit ritel."
Simak: Bisnis Online Kuasai 1,8 Persen Pasar Ritel
Bhima menjelaskan adanya sektor ekonomi baru yaitu sektor ekonomi digital seperti e-commerce juga menambah pesaing baru sektor perdagangan ritel konvensional. "Bank-bank lebih tertarik membiayai e-commerce karena tahun ini saja perputaran transaksinya diperkirakan mencapai Rp 100 triliun, sehingga ritel konvensional jadi stagnan."
Sementara itu, untuk sektor infrastruktur meskipun tingkat NPL
meningkat, Bhima menilai posisinya masih aman. "Karena kreditnya masih akan terus tumbuh, infrastruktur pasti akan dikebut semua untuk selesai di 2019." Porsi kredit infrastruktur di sejumlah perbankan juga mulai diperbesar. "Industri turunan infrastruktur seperti konstruksi besi, baja, dan semen yang tadinya over capacity prediksinya mulai pulih lagi, NPL nya juga akan membaik."
Direktur Keuangan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur atau Bank Jatim Ferdian Satyagraha mengungkapkan posisi NPL kredit ritel di perusahaannya juga semakin membaik. Begitu pula dengan tingkat pertumbuhan kredit ritel perdagangan yang meningkat dari sebelumnya Rp 1,8 triliun di sepanjang 2017 menjadi Rp 2,1 triliun di awal tahun ini. "Mereka masih masuk ke dalam sektor unggulan yang kami kejar bersama pertanian dan perkebunan, karena itu masuk yang terbesar."