TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memanfaatkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam membangun Bandar Udara atau Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Kulon Progo, Yogyakarta.
"Ketika membangun, asumsinya dari BMKG dengan PT Angkasa Pura I menghitung secara detail," kata Budi di gedung BMKG, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Januari 2018. Ia sudah memperhitungkan agar bangunan bandara bisa bertahan saat ada gempa sampai skala 8 Richter.
"Jangan takut Kulon Progo kena tsunami atau gempa," ucapnya. Budi pun juga telah menyiapkan mitigasi dalam pembangunan, misalnya tidak boleh ada pusat listrik di lantai 1 dan 2. Bahkan Kementerian Perhubungan sampai mendatangkan ahli konstruksi dari Jepang untuk berdiskusi sebelum pembangunan dimulai.
PT Angkasa Pura I menargetkan konstruksi Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dimulai pada akhir Januari 2018. Pembangunan Bandara NYIA dibagi dalam dua tahap, yang masing-masing berlangsung pada 2020-2031 dan 2031-2041.
Bandara NYIA akan memiliki terminal seluas 130 meter persegi dalam pembangunan tahap pertama dan 195 meter persegi pada tahap berikutnya. Adapun runway yang dibangun sepanjang 3.250 meter pada tahap pertama dan 3.600 meter di tahap selanjutnya dengan lebar 60 meter.
Pembangunan Bandara NYIA mendesak dilakukan mengingat Bandara Adisutjipto dinilai tidak mampu lagi menampung penumpang. AP I mencatat trafik Bandara Adisutjipto pada 2017 mencapai 7,8 juta atau 4,58 kali dari kapasitas bandara 1,7 juta penumpang.
ANDITA RAHMA | BUDIARTI UTAMI PUTRI