TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan ekonomi Indonesia bisa menjadi salah satu yang terkuat di dunia pada 2030. “Setelah gencar membangun infrastruktur, pemerintah saat ini berfokus mengembangkan kompetensi SDM, terutama di sektor industri. Makanya, kami telah meluncurkan program pendidikan vokasi link and match antara sekolah menengah kejuruan dan industri,” ujarnya dalam pertemuan Singapore Minister in the Prime Minister’s Office Chan Chun Sing di sela rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.
Dalam laporan WEF 2018 di Davos terkait dengan kontribusi negara-negara terhadap pertumbuhan global, Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dengan memberikan sumbangan 2,5 persen di atas Korea Selatan 2 persen, Australia 1,8 persen, Kanada 1,7 persen, Inggris 1,6 persen, dan Turki 1,2 persen. Sementara itu, kontribusi tertinggi ditempati Cina dengan 35,2 persen, diikuti Amerika Serikat 17,9 persen, India 8,6 persen, dan Uni Eropa 7,9 persen.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 26 Januari 2018, Airlangga menyampaikan pula bahwa Indonesia sedang memanfaatkan era ekonomi digital sebagai solusi meningkatkan daya saing nasional, terutama di sektor industri. Terlebih sektor industri menjadi andalan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
"Aktivitas industri konsisten memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor," ucap Airlangga.
Sektor industri juga berkontribusi signifikan dari pajak dan cukai. Karena itu, untuk pengembangan manufaktur ke depan, Indonesia telah memiliki potensi unggul dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten agar bisa menangkap peluang di era ekonomi digital saat ini.
Keunggulan yang dimaksud antara lain banyaknya perguruan tinggi serta lembaga pengetahuan dan teknologi yang dapat menjadi pool of talents atau wadah pencetak SDM berbakat tersebut.
Guna mendukung hal itu, Kementerian Perindustrian membuat techno park di beberapa kota, seperti Jakarta, Batam, Surabaya, dan Bali. Bahkan ada yang berdampingan dengan universitas, sehingga terintegrasi.
Pemerintah juga sedang menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk menumbuhkan startup menjadi Unicorn di Indonesia. "Jadi, ada program link and match untuk entrepreneur dengan startup,” tutur Airlangga.
Terkait dengan pengembangan inovasi di Indonesia dalam menghadapi Industry 4.0, Airlangga menjelaskan, sistem revolusi industri keempat ini telah berjalan di sejumlah manufaktur nasional skala besar, seperti sektor otomotif serta makanan dan minuman.