TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak negara-negara ASEAN dengan India melanjutkan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang mewakili hampir setengah populasi dunia, 31,6 persen dari GDP global, serta 28,5 persen perdagangan dunia.
Jokowi memprediksi ASEAN-India dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Samudera Hindia yang akan mendukung terciptanya kemakmuran dan stabilitas di lingkar Indo-Pasifik.
Jokowi mengapresiasi pula kerja sama ASEAN - India yang telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. Bahkan ekonomi ASEAN diprediksi tumbuh 5 persen sementara pertumbuhan ekonomi India diperkirakan tumbuh 7 persen pada 2018.
Keyakinan tersebut bukanlah tanpa sebab, melihat banyaknya potensi yang dimiliki ASEAN dan India. Salah satunya jumlah penduduk yang mencapai hampir dua miliar jiwa.
"Dari angka tersebut, penduduk usia produktif mencapai hampir 1,5 miliar," tutur Presiden Jokowi dalam Sidang Pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan ASEAN-India, Kamis, 25 Januari 2018 dalam keterangan tertulis yang disampaikan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.
Selain itu, optimisme pertumbuhan ekonomi dunia juga memiliki peran yang penting, dimana diperkirakan naik pada tahun ini menjadi 3,7 persen sementara dari 3,6 persen pada 2017. "Berkat kerja bersama, ekonomi tumbuh positif di atas pertumbuhan ekonomi global," tuturnya.
Kendati demikian, ada sejumlah kondisi global yang belum stabil yang harus dihadapai ASEAN dan India. Mulai dari pesimisme pelemahan ekonomi global pada jangka panjang hingga meningkatnya kecenderungan proteksionisme di berbagai negara.
Kepala Negara juga menyatakan kesiapan Indonesia dan ASEAN untuk bekerja sama dengan India dalam rangka menemukan landing zones yang pragmatik agar upaya perluasan dan pendalaman supply chain di kawasan RCEP dapat terwujud. "Indonesia menyerukan perlunya mengintensifkan upaya menyelesaikan perundingan RCEP pada 2018" kata Jokowi.
BISNIS