TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Bandung Pilot Academy (BPA) Gijanto Sumartono mengatakan, sejumlah sekolah pilot yang ditutup oleh Kementerian Perhubungan karena tidak bisa memenuhi persyaratan. “Sekolah penerbangan harus mempunyai minimal 5 pesawat, termasuk salah satunya multi engine,” kata Gijanto saat dihubungi Tempo, Kamis, 25 Januari 2018.
Gijanto mengatakan, seluruh pesawat itu tidak boleh sewaan. “Kalau punya 5 pesawat, harus punya sendiri, salah satunya harus multi engine. Banyak sekolah yang belum memenuhi syarat 5 pesawat tadi, dan kalau pun ada yang punya 5 pesawat tapi belum punya yang multi-engine. Kalau tidak memenuhi itu, di-suspend,” kata dia.
Baca juga: Ratusan Pilot Menganggur karena Lulusan Tak sebanding Kebutuhan
Gijanto mengklaim, dari hasil evaluasi Kementerian Perhubungan, hanya ada 2 sekolah pilot swasta yang memenuhi persyaratan itu. Salah satunya sekolah pilot miliknya, dan BP3 (Balai Pelatihan dan Penerbangan) Banyuwangi. Bandung Pilot Academy yang dikelolanya saat ini mengoperasikan 10 pesawat Cesna 172 single engine, dan 2 pesawat Tecnam P2006T multi-engine.
Gijanto mengatakan, sekolah pilot umumnya mengeluhkan persyaratan pesawat ini. Di antaranya ada yang beralasan jumlah siswanya sedikit. “Kebanyakan mereka berat (dengan syarat itu) kalau muridnya sedikit. Dengan 2-3 pesawat cukup, itu karena jumlah kadet dan siswanya sedikit,” kata dia.
Sejumlah sekolah pilot saat ini hanya melatih 5 siswa paling banyak. “Ngapain banyak-banyak (punya pesawat) sekarang kalau muridnya hanya dapat 5 setiap angkatan,” kata Gijanto.
Gijanto mengatakan, saat ini sekolah pilot yang dikelolanya juga mengalami penurunan jumlah siswa. Dulu bisa merekrut 20 orang hingga 21 orang siswa, saat ini hanya 5 orang sampai paling banyak 10 orang siswa.
Penyebabnya, lulusan sekolah pilot seperti miliknya sulit terserap oleh maskapai sementara biaya pendidikan sekolah pilot relatif mahal, menembus Rp 300 juta. “Mungkin karena melihat yang terserap agak berkurang, yang sudah lulus juga susah cari kerjanya, mungkin orang tuanya mikir lagi,” kata dia.