TEMPO.CO, Medan - PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memproyeksikan kenaikan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2018. Targetnya, kenaikan pendapatan PLN Sumatera Utara mampu mencapai 11.8 persen hingga akhir tahun nanti.
Hal tersebut seperti yang disampaikan General Manager PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Feby Djoko Priharto. "Kami proyeksikan tahun ini pendapatan naik 11.8 persen atau 11.941 persen dari 10.346 persen pada tahun 2017 yang lalu", ujar Feby kepada wartawan pada Kamis, 25 Januari 2018.
Simak: Penyederhanaan Golongan Listrik Akan Dimulai di Jawa
Feby menjelaskan jika proyeksi pertumbuhan pendapatan PT. PLN di Sumatera Utara sesuai dengan fokus perseroan secara nasional. Dimana perseroan yang ingin menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik dan penjualan yang agresif.
Demi menekan BPP, PT. PLN Sumatera Utara mengusahakan beberapa program untuk merealisasikan proyeksinya. Salah satunya dengan mengonversi bahan bakar pembangkit dari minyak ke gas. Hal ini terkhususnya kepada operasional kapal pembangkit listrik atau Marine Vessel Power Plan (MVPP) MV Karadeniz Powership Onur Sultan.
Kapal berkapasitas 2x240 MW yang memasok listrik di Sumatera Utara mulai Juni 2017 tersebut, direncanakan akan mengalihkan penggunaan bahan bakarnya dari Heavy Fuel Oil ke gas bumi.
Pengalihan bahan bakar bagi Kapal Pembangkit Listrik MV Karadeniz Powership Onur Sultan dikarenakan penggunaan energi primer seperti pada kapal tersebut masih menjadi penyerap BPP terbesar. Sebabnya adalah proses operasional mesin pembangkit yang masih menggunakan bahan bakar minyak.
Selain proses pengkonversian bahan bakar pada mesin pembangkit listrik, usaha lainnya yang dilakukan PLN Sumatera Utara untuk menekan BPP dengan pengoperasian pambangkit yang tidak menggunakan BBM.
Program tersebut sesuai dengan Rencana Umum Pengembangan Ketenagalistrikan (RUPTL) pada tahun ini. "RUPTL kita tahun ini memproyeksikan adanya tambahan daya baru yang masuk sistem kelistrikan di Sumut. Spelleperti tambahan daya menjadi 330 MW dari PLTP Sarulla, PLTP Sorik Marapi 50 MW, PLTU Mabar (IPP) 300 MW serta PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4 yang berkapasitas 2x200 MW", lanjut Feby.
Dari pengoperasian beberapa pembangkit tersebut, pertumbuhan konsumsi energi listrik juga diproyeksikan bertambah. Dari 10,429 GWH pada 2017 menjadi 10,493 GWH pada 2018.
Upaya lainnya adalah dengan mendorong penyelesaian pembangunan jaringan Tol Listrik dari Sumatera Selatan ke Sumatera Utara. Ditargetkan tol listrik yang juga akan memasok daya hingga ke Aceh tersebut akan beroperasi pada Bulan Maret mendatang.
Dengan pengoperasin tol listrik tersebut, nantinya daya listrik yang bisa ditransfer ke Sumatera Utara mencapai 400 MW.
"Dengan dua program tadi, kami optimis bisa menekan angka BPP yang saat ini sebesar RpRp1.719 per kWh", sambung Feby.
Selain pengkonversian bahan bakar listrik dari mesin pembangkit dan pengoperasian tol listrik, pihakya juga akan melakukan pemasaran yang lebih agresif. Salah satunya dengan melaksanakan roadshow Shopping atau Diskusi Hangat Potensi Pelanggan Premium dan Kondisi Jaringan.
Dalam program Shopping, nantinya pelanggan dapat secara langsung menanyakan hal hal seputar jaringan dan instalasi dan dijawab langsung oleh PLN. PLN juga akan mendorong rumah tangga beralih menggunakan energi listrik, terutama kepada pelaku home industry, pengusahan hotel dan restoran.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan pelanggan tahun ini sebesar 4,8% atau 3.587.889 dari 3.421.185 pelanggan pada 2017.