TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tengah berfokus melakukan restrukturisasi dan skema penyelamatan kredit bermasalahnya. Tahun ini, BRI menargetkan total pemulihan kredit macet atau recovery hingga 60 persen. “Kami sudah mulai agresif sejak awal tahun, biasanya teman-teman yang lain baru action di akhir tahun, nah kami ingin mengubah, sudah mulai restrukturisasi dan lelang juga,” ujar Direktur Manajemen Risiko BRI Donsuwan Simatupang, kepada Tempo, Rabu 24 Januari 2018.
Donsuwan menuturkan pemulihan kredit bermasalah paling mudah terjadi di segmen kredit mikro dan ritel, dikarenakan debitur yang lebih kooperatif. “Kemudian mereka juga lebih mudah beralih ke bisnir baru, exit cost relatif nggak ada, berbeda dengan debitur menengah mereka ada factor-faktor lain yang harus dipertimbangkan,” ucapnya. Menurut dia, skema penghapusan kredit atau write off yang dilakukan juga hamper merata di seluruh sektor dan segmen. “Karena portofolio kredit BRI hamper tidak ada yang mendominasi ya, beragam, khususnya UMKM, mikro, dan ritel.”
Simak: Rasio Kredit 22 Bank di Atas 5 Persen
Adapun untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan mayoritas berasal dari kredit mikro ritel, dengan sektor ekonomi pertanian, perdagangan, dan jasa. Dengan demikian, BRI pun optimistis tingkat NPL tahun ini dapat jauh berkurang. “Kami percaya diri tahun ini bisa dijaga di 2,2 persen, diharapkan akan jauh lebih baik,” ujarnya.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga terus menjalankan fokusnya untuk membenahi rasio NPL agar dapat menurun. Sepanjang tahun lalu, BNI tercatat telah menurunkan NPL menjadi 2,92 persen dari sebelumnya 3 persen di 2016. “Membaiknya kualitas pembiayaan ini juga diikuti dengan naiknya coverage ratio BNI, kami semakin konservatif menghalangi apsek pembiayaan dan risiko,” kata Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni.
Baiquni menambahkan pihaknya saat ini juga memilih untuk berhati-hati dalam menyalurkan kredit, dan memusatkan penyalurannya kepada sektor-sektor ekonomi prioritas yang berdampak luas terhadap perekonomian, seperti sektor infrastruktur. “Kami sangat selektif memilih debitur yang berkualitas.”Adapun penyaluran kredit BNI saat ini didominasi oleh sejumlah sektor produktif seperti perindustrian, perdagangan, dan pertanian. “Ke depan kami masih berfokus pada infrastruktur seperti jalan tol, konstruksi, migas, ketenagalistrikan, dan telekomunikasi.” Selain itu Bank juga terus berupaya meningkatkan manajemen risiko.