TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah maskapai penerbangan menyatakan sulit menerima pilot-pilot baru karena terhambat kompetensi yang belum memenuhi standar kualifikasi maskapai.
Saat ditemui di sela-sela acara Penyerapan Pilot AB Initio di Jakarta, Selasa, 23 Januari 2018, Direktur Operasi Lion Air Group Daniel Putut mengatakan kebutuhan pilot setiap tahun untuk Lion Air Group sebetulnya banyak, yaitu 150-300 pilot baru.
Baca juga: Dinilai Tak Memenuhi Standar, Menhub Tutup Dua Sekolah Pilot
"Desember kita buka kuota penerimaan pilot 150 orang, ada 300 yang melamar. Dari 150 orang, yang lulus murni hanya dua orang. Artinya, yang nilai wawancara, psikotes, dan bahasa Inggris di atas 75," katanya.
Daniel menuturkan pilot baru harus memiliki kompetensi pengetahuan tentang penerbangan dan bahasa Inggris yang ditunjukkan dengan sertifikat TOEIC dengan nilai minimal 700, kemudian psikotes.
"Yang nilainya di bawah 75 itu mencapai 200 lebih pelamar," ujarnya.
Karena itu, dia mengimbau calon pelamar atau pilot AB Initio mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
"Kami mendorong calon-calon penerbang untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kami juga membuka kesempatan untuk coba lagi dan lagi, tapi tetap ada saja yang sudah tujuh kali tes, tapi tidak lolos," ucapnya.
Pada 2017, Daniel menyebutkan kebutuhan Lion Air Group mencapai 300 pilot, tapi hanya bisa terisi 55 posisi.
"Kita sudah bicara kepada Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara bahwa kondisinya seperti ini," tuturnya.
Terkait dengan faktor sekolah, menurut dia, sekolah sendiri sudah menyiapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan standar dan undang-undang.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan angka kegagalan para calon pilot di maskapainya sangat tinggi.
"Cukup tinggi angka kegagalan. Berdasarkan hasil yang kita lakukan, gugur di tes tertulis dan tes di simulator," katanya.
Juliandra menuturkan pihaknya tidak dapat menoleransi hal tersebut karena berkaitan langsung dengan keselamatan.
"Kita juga tidak bisa langsung menerima banyak pilot baru karena harus menyesuaikan dengan jumlah kapten," ujarnya.
ANTARA