TEMPO.CO, Jakarta - Standard Chartered Bank memprediksi angka inflasi di akhir tahun 2018 akan meningkat ke level 4 persen (year on year/yoy). Proyeksi ini berbanding terbalik dengan target pemerintah, bahwa inflasi akan terus turun setiap tahunnya.
"Prediksi tersebut berdasarkan peningkatan inflasi bahan pangan dan harga beberapa tipe bahan bakar ritel," kata Chief Economist, Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra dalam acara usai peluncuran Global Research Briefing (GRB) Standard Chartered Bank di Jakarta, Senin, 22 Januari 2018. Meski demikian, angka 4 persen masih dalam batas proyeksi pemerintah, yaitu 3,5 persen plus minus 1 persen.
Simak: Gubernur BI Sambut Baik Asumsi Ekonomi 2018
Angka ini juga meningkat dari prediksi inflasi tahun sebelumnya. Standard Chatered Bank memprediksi inflasi akhir tahun 2017 akan mencapai 3,8 persen. Namun realisasi inflasi dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata lebih rendah, di kisaran 3,61 persen.
Pemerintah sendiri memang memasang target penurunan inflasi setiap tahun. Sasaran inflasi tahun ini diprediksi mencapai 3,5 persen, menurun o,5 persen dibandung sasaran tahun sebelumnya yaitu 4 persen. Ditargetkan, mulai 2020 nanti, inflasi akan menyentuh angka 3 persen.
Hari ini, High Level Meeting Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) pun digelar di Gedung Pusat BI. Pertemuan ini melibatkan Gubernur BI, Agus Martowardoyo; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution; Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati; Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo dan Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti.
Prediksi peningkatan inflasi ini, kata Aldian, berangkat dari skenario Standard Chatered Bank, bahwa pemerintah akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi. Sebab, harga minyak mentah (Brent Oil Price) akan meningkat 10 persen. Sebaliknya, harga BBM bersubsidi, seperti RON 88 dan diesel akan tetap dipertahankan pemerintah. "Sesuai dengan hawa politik," ujarnya.
Standar Chartered Bank, kata Aldian, memperkirakan inflasi di semester satu 2018 masih akan stabil. Namun mulai meningkat di semester dua 2018. "Ini disebabkan oleh prediksi tingginya kenaikan tarif dasar listrik tahun ini, " kata Aldian.