TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistiono mengatakan Amerika shutdown tidak mempengaruhi pasar modal Indonesia. Menurut dia, secara historis, fenomena Amerika shutdown sudah tercatat sebanyak 16 kali.
"Contohnya pada saat shutdown terakhir kali zaman Obama, yang terjadi selama 14 hari dari Oktober sampai November, itu bahkan indeks kita naik sampai 4,7 persen," kata Tito, dalam pidatonya di Investor Gathering dan Corporate Forum 2018, di Jakarta, Senin, 22 Januari 2018.
Baca: Amerika Shutdown, Pemerintah Diminta Lakukan Ini
Karena itu, menurut Tito, mengacu pada konteks historis, shutdown tidak akan berdampak pada harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau pasar modal Indonesia. Adapun shutdown diprediksi terjadi dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. "Saya percaya itu," ujarnya.
Tito menyebut apalagi total market capitalization BEI sekarang telah mampu mencapai Rp 7.250 triliun atau melewati jumlah dana kapitalisasi perbankan sebesar Rp 7.150 triliun.
Shutdown merupakan penghentian sementara operasional pemerintahan Amerika yang diprediksi berlangsung dari minggu keempat Januari sampai minggu kedua Februari 2018.
Shutdown merupakan konsekuensi dari adanya ketidaksepakatan antara Presiden dan Kongres dalam penyusunan anggaran negara, khususnya terkait dengan pembiayaan. Adapun departemen yang akan terkena efek penutupan sementara setidaknya Departemen Perdagangan, NASA, Departemen Ketenagakerjaan, Departemen Perumahan, dan Departemen Energi.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan realisasi investasi Amerika di Indonesia berada di peringkat ke-4 sebesar US$ 1,53 miliar atau naik US$ 1,1 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tren positif investasi Amerika pada 2018 bisa terkoreksi akibat terjadinya shutdown, ditambah adanya reformasi kebijakan Amerika yang mulai berlaku efektif.