TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai jalur Jakarta-Bandung saat ini tidak nyaman untuk pengguna jalan karena banyak truk bermuatan lebih sehingga jarak tempuh mencapai limsa jam lebih.
"Jalur itu sudah mengesampingkan rasa aman dan nyaman sehingga perlu dikeluarkan aturan agar truk bermuatan lebih tidak lagi melintas," katanya kepada pers di Cikarang, Jawa Barat, Minggu, 21 Januari 2018.
Baca juga: E-Tilang di Jembatan Timbang Berlaku Mulai Bulan Depan
Hal tersebut disampaikan seusai Budi melakukan rapat koordinasi dengan Jasa Marga, Korps Lalu Lintas, serta Dinas Perhubungan Jawa Barat membahas truk bermuatan lebih.
Menurut Budi, akibat truk kelebihan muatan, kecepatan akan berkurang sehingga berpengaruh terhadap kecepatan kendaraan di belakangnya.
Selain itu, kata Budi, truk bermuatan lebih juga mengakibatkan jalan rusak sebelum waktunya sehingga mempengaruhi kecepatan kendaraan yang melintas.
Budi menambahkan, akibat bermuatan lebih, truk sering mogok, seperti ban kempes atau as roda patah, sehingga mengganggu laju kendaraan lain.
Saat ini, kata Budi, pemilik dan supir truk kerap mengabaikan muatan sehingga banyak yang melakukan pelanggaran.
"Tadi saja dari lima truk yang kita periksa muatannya, ternyata semuanya kelebihan muatan. Ini membuktikan bahwa pemilik dan supir truk tidak peduli dengan keselamatan dan kenyamanan di jalan raya," ujarnya.
Budi mengatakan pihaknya bersama Kementerian Koordinator Perekonomian akan melakukan koordinasi membuat regulasi truk melintas di jalur Jakarta-Bandung. "Kita akan buat regulasi yang ketat, termasuk pengenaan denda, seperti tilang," ucapnya.
Dirut PT Jasa Marga Desi Arryani mengatakan truk bermuatan lebih selama ini menjadi penyebab utama terjadinya perlambatan kecepatan di jalur Jakarta-Bandung.
Bahkan, kata dia, dari total kecelakaan yang terjadi di jalur itu, 63 persen di antaranya disebabkan truk bermuatan lebih.