TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mencatat, ada 642 aduan konsumen sepanjang 2017. Lembaga tersebut juga membeberkan sepuluh pengaduan terbanyak yang sering dikeluhkan konsumen Indonesia sepanjang tahun lalu.
Salah satu staf Bidang Pengaduan YLKI, Abdul Baasith, mengatakan peringkat pertama ditempati pengaduan soal belanja online dengan persentase 16 persen. Angka tersebut meningkat 8 persen dari 2016, yaitu 8 persen. "Peringkat keduanya ditempati pengaduan soal bank, lalu perumahan, telekomunikasi, listrik, leasing, paket, transportasi, otomotif, dan TV kabel," ucap Abdul di kantor YLKI, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2018.
Baca: YLKI Desak Izin Operasi Biro Umrah dan Haji Hannien Tour Dicabut
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi berujar, persoalan belanja online memiliki berbagai masalah yang perlu diselesaikan. "Masih lemahnya regulasi, pemerintah yang belum sahkan RPP belanja online, dan iktikad yang kurang baik dari operator e-commerce," tutur Tulus.
Berdasarkan data yang dihimpun YLKI, keluhan belanja online terdiri atas barang belum sampai dengan persentase 36 persen, sistem belanja (20 persen), refund tidak diberikan (17 persen), barang tidak sesuai (9 persen), dugaan akun diretas (8 persen), cacat produk (6 persen), pelayanan (2 persen), harga (1 persen), informasi (1 persen), dan barang telat diterima (1 persen).
YLKI menjelaskan, toko belanja online yang paling banyak diadukan adalah Lazada dengan 18 aduan, Akulaku (14), Tokopedia (11), Bukalapak (9), dan Shopee (7). Menurut Abdul, 86 persen toko online yang diadukan bersumber dari penyedia aplikasi. "Sisanya berasal dari blog pribadi, domain umum, dan media sosial," ucap Abdul.