TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog memastikan volume impor beras tidak akan lebih dari 500 ribu ton. Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti memperkirakan beras impor akan datang paling cepat sekitar 15 hari.
"Kalau besok selesai bidding (penawaran), maka pemenang harus packaging. Secara teori umum, mungkin datang sekitar 10 sampai 15 hari ke depan," kata Djarot saat rapat dengar pendapat bersama Komisi Perdagangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2018.
Menurut dia, perkiraan tersebut bisa terwujud jika 500 ribu ton beras bisa diangkut dengan 25 kapal yang berkapasitas 20 ribu ton per kapal. Namun, kata Djarot, jadwal kedatangan beras tersebut bisa saja melebihi perkiraan. "Saya tak tahu apakah mereka (importir) sudah siap atau belum," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan memutuskan mengimpor 500 ribu ton beras untuk mengatasi kenaikan harga. Beras diimpor dari Vietnam dan Thailand melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) tanpa menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, setelah diadakan rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, keputusan pun berubah. Importasi oleh PT PPI dibatalkan, beralih ke Bulog.
Djarot menyebutkan upaya impor beras dalam waktu kurang dari sebulan ini memang tidak mudah. "Dalam waktu sebulan cari beras 500 ribu ton di luar negeri pasti butuh effort lebih," ucapnya. Namun ia memastikan bidding ke pelaksana importir akan dipercepat dengan syarat beras tak boleh masuk lebih dari Februari.
Anggota Komisi Perdagangan dari fraksi Partai Gerindra meragukan perkiraan Djarot. Ia memprediksi beras impor belum akan masuk dalam 15 hari. Sebab, kecepatan kapal angkutan barang dari Thailand ke Indonesia rata-rata hanya 9 knot. "Saya ini orang perkapalan, saya ragu bisa masuk 15 hari lagi," ucapnya.