TEMPO.CO, Jakarta - Hunian terintegrasi transportasi massal (transit oriented development/TOD) dinilai cocok untuk generasi milenial. "Kalau milenial, area-area yang dekat dengan akses transportasi seperti TOD, sangat cocok karena milenial sangat mobile, senang jalan dengan teman dan sosialisasi," kata Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung dalam acara Property Outlook 2018 di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.
Ia menjelaskan generasi milenial menguasai 40 persen kelompok pembeli properti di Indonesia dan akan meningkat menjadi 70 persen pada 2030. Oleh karena itu, pengembang properti pun tidak boleh mengabaikan pasar milenial.
Baca juga: Yang Harus Diperhatikan Generasi Milenial Sebelum Ambil KPR
Menurut dia, pengembang harus mulai mengerti kebutuhan generasi ini yang bersifat praktis. Pengembang juga mulai memberikan skema pembiayaan tunai bertahap seperti mencicil uang muka selama dua tahun.
Banyak cara yang dilakukan pengembang untuk menggaet pasar milenial, seperti mengubah model hunian yang dipasarkan lebih praktis. Rumah yang ditawarkan memiliki luas lahan yang tidak terlalu besar namun tetap mempertahankan bangunan yang sesuai.
Dengan luas lahan yang tidak terlalu besar atau kurang dari 90 meter persegi, tentu akan menurunkan harga rumah dan tidak membebani cicilan para generasi milenial.
"Kebanyakan developer itu down specification, buat rumah yang kecil, praktis, dan tidak usah repot bersihin karena luas tanahnya gak besar, tapi luas bangunan cukup ada dua lantai, tetap nginjak tanah atau bahkan apartemen," ungkapnya.
Ia menyebutkan beberapa daerah yang mungkin terjangkau bagi millenial untuk membeli rumah pertama mereka, yakni di daerah Bekasi, Depok dan Bogor. Sebaliknya daerah di kawasan Tangerang, seperti Bintaro dan Pamulang lebih mahal.
Meski masuk dalam dua besar kelompok pembeli properti, generasi millenial belum terlalu memprioritaskan untuk membeli rumah.
"Market yang paling besar adalah generasi milenial, tapi ini behaviour-nya beda, properti itu bukan prioritas, bukan hal yang harus dikejar. Harus ada faktor edukasi juga," kata Ignatius.
ANTARA